BLORA (SUARABARU.ID)– Musim hujan di Kabupaten Blora, mendapat perhatian khusus dari PT PLN UP3 Kudus. Hal ini karena di dua wilayah kerjanya itu, PT PLN ULP Blora dan PT PLN ULP Cepu, termasuk wilayah rawan gangguan jaringan.
”Jauh-jauh hari kami sudah melakukan pembenahan dan perawatan. Namun gangguan pohon dan hewan liar masih sering terjadi,” beber Manager PT PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Blora, Andri Yoga Prathama, Minggu (18/10/2020).
Menurut dia, memasuki musim hujan ini petugas teknis bekerja keras melakukan pembenahan jaringan, baik siang, tengah malam maupun dini hari. Bahkan hari libur pun mereka tetap bekerja memotong pohon dan ranting yang menggangu jaringan.
BACA JUGA : Proyek Jalan Maguwan-Tunjungan Senilai Rp 3,7 M, Diduga Bermasalah
Apa pun kondisinya, lanjut Andri, petugas PLN harus selalu siap menjalankan program Hadirkan Langkah Nyata (HLN) untuk masyarakat Blora. Antara lain seperti gangguan di Desa Keser dan Jalan RA Kartini, Kota Blora, akhir-akhir ini.
”Listrik itu untuk kepentingan bersama. Kami berharap warga juga ikut aktif memotong pohon dan ranting, yang berpotensi menggangu jaringan dengan hati-hati,” harap Manager PT PLN ULP Blora melalui sambungan telepon.
Diakui Andri, memasuki musim hujan masih sering terjadi gangguan jaringan yang menyebabkan daya listrik padam. Terbanyak akibat gangguan pohon dan ranting yang menimpa jaringan.
Kondisi yang sama juga terjadi di wilayah kerja PT PLN ULP Cepu, yakni ULP dibawah Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Kudus. Selain pohon, hewan liar juga menyebabkan gangguan suplai listrik ke pelanggan.
Travo Rusak
”Hewan-hewan seperti tokek, ular dan burung sering menyangkut di jaringan Tegangan Menengah (TM), sehingga menggangu jaringan listrik yang menyuplai ke rumah-rumah pelanggan,” jelas Manager PT PLN ULP Cepu, Kholis Hidayat.
Untuk mengurangi seminimal mungkin gangguan listrik itu, kini petugas terus bekerja keras melakukan pemotongan ranting. Kholis mengakui, banyak warga yang keberatan pohonnya dipotong, padahal saat hujan berpotensi menggangu jaringan.
Menurutnya, potensi gangguan terbanyak adalah pohon dan ranting yang mencapai sekitar 70 persen. Dan 20 persen lagi dari hewan tokek, ular, burung, petir dan peralatan lainnya. Maka, perawatan tidak hanya saat ada kejadian, tapi harus kontinyu.
Selain itu, gangguan pada perangkat travo rusak akibat hujan-angin juga sering terjadi. Termasuk mengantisipasi jaringan lisrik seperti di jalur Cepu-Jiken dan Cepu-Randublatung, akibat pohon roboh di tengah hutan.
”Memasuki musim hujan, kami siapkan secara khusus catu daya untuk penanganan jaringan utama Blora-Cepu, dan kawasan hutan lainnya,” pungkas dia.
Wahono-Riyan