TEMANGGUNG (SUARABARU.ID) – Banyak warga Temanggung yang belum kenal dengan singkatan ‘Bader Mateng’, Itu kependekan dari ‘Bersama Kader Mendampingi Wong Meteng’, yang digagas Kepala Puskesmas Pare, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, dokter Fresinta Maya Warneria.
Untuk melaksanakan program ‘Bader Mateng’ bidan Puskesmas Pare, yang bertugas di Desa Purwosari, Susi Wijayanti Amd Keb (29) membuat sedikitna empat inovasi.
Pertama, ‘oce oke’ (inovasi one client one cader). Kedua, ‘kringristi’ (inovasi pemanfaatan notifikasi alarm di smart phone kader dan bidan, untuk memantau ibu hamil dengan risti (risiko tinggi).
Ketiga, grup WA ‘hamil pinter’ sebagai media untuk saling bertukar informasi antara bidan, kader dan ibu hamil tentang kesehatan ibu hamil. Keempat, optimalisasi peran posyandu memberi keterangan tentang kesehatan ibu hamil.
Bidan dengan nama panggilan Wija itu menerangkan, melalui ‘oce oke’ satu ibu hamil didampimgi satu kader. Pemantauan kehamilan oleh kader dilaksanakan empat kali atau lebih, jika ditemukan faktor risiko. Yaitu satu kali di trimester 1, satu kali di trimester 2, dua kali di trimester 3.
Fokus pemeriksaan oleh kader mengingatkan jadual pemeriksaan setiap bulan. Berikutnya, mengingatkan ibu hamil untuk rutin mengkonsumsi tablet ‘fe’, (ferrous fumarate atau tablet tambah darah. Selanjutnya deteksi faktor risiko dan memantau kesehatan ulai trimester 2 dengan menghitung gerakan janin dalam 24 jam, (10-12 kali dalam 12 jam.
Juga komitmen program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi P4K). Hasil pemantauan dicatat dibuku bantu Bader Mateng. Kader juga tandatangan di akhir kolom pemeriksaan buku kesehatan ibu dan anak (KIA), untuk bukti bahwa kader benar-benar memantau ibu hamil.
Wija menerangkan, mekanisme ‘kringristi’, atau pemanfaatan aplikasi mode alarm untuk pengingat pemantauan dan kunjungan ke ibu hamil, khusus kategori risiko tinggi, petugas atau bidan desa mencatat rencana pemeriksaan atau kunjungan, serta perkiraan kelahiran pada aplikasi mode alarm handphone android yang disebar ke seluruh kader, terutama kader terdekat.
Catatan ibu hamil risiko tinggi pada aplikasi mode alarm menjadi pengingat petugas untuk melakukan pemantauan atau mendeteksi jadual kontrol dan jadual persalinan.
Juga untuk menyiapkan sarana untuk mendukung proses persalinan, seperti mobil ambulans,dan donor darah yang tertuang dalam P4K.
Kader dan bidan desa, lanjut Wija, mempunyai catatan jadwal kontrol dan persalinan yang telah diinput di pengingat handphone mereka, sehingga memudahkan petugas dalam memantau ibu hamil pada saat control ulang mendekati proses persalinan.
Sedang grup WA ‘ibu hamil’ beranggotakan semua ibu hamil di Desa Purwosari dan kader.‘’Ini sebagai upaya meningkatkan komunikasi dan koordinasi dalam penanganan kesehatan ibu hamil, serta untuk memonitor kesehatan setiap ibu hamil di Desa Purwosari,’’ tutur Susi Wijayanti.
Disamping itu, sebagai sarana edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil seputarkehamilan, persalinan dan nifas.
‘’Diharapkan dengan mekanisme yang jelas, inovasi ‘Bader Mateng’ bisa dilaksanakan dengan efektif dan efisien di semua desa wilayah kerja Puskesmas Pare,’’ terang Wija.
Yang terakhir, optimalisasi peran Posyandu mencakup mendaftar ibu hamil, menimbang ibu hamil, serta memberikan penyuluhan kesehatan tentang kesehatan ibu dan anak.
Doddy Ardjono