WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Mulyani, penari sekaligus pegiat seni musik tradisional Bundengan dari Wonosobo dinyatakan berhak atas apresiasi prestasi Ikon Pancasila Tahun 2020, dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Sebuah prestasi membanggakan yang hadir di tengah keprihatinan Wonosobo menghadapi pandemi Covid-19, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda agar tak surut semangat dalam berkarya di berbagai bidang dan keahlian.
Wakil Bupati Wonosobo, Agus Subagiyo menyebut pencapaian Mulyani, yang saat ini juga ktif sebagai Guru Seni dan Budaya di SMP Negeri 2 Selomerto tersebut fenomenal. Karena bersamanya, sejumlah nama tenar tercatat turut menjadi penerima penghargaan itu.
“Luar biasa dan jelas ini sangat membanggakan Wonosobo. Karena Mulyani menjadi salah satu dari 75 penerima apresiasi dari BPIP. Penerima lain merupakan tokoh populer di Indonesia seperti aktor Reza Rahardian, Joe Taslim, Andrea Hirata dan Jonathan Christie,” ungkapnya.
Prestasi Mulyani tersebut, menurut Wabup, layak untuk menjadi teladan bagi masyarakat. Sebab sejalan dengan semangat Wonosobo yang senantiasa berupaya mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian.
Apresiasi Positif
“Pemkab Wonosobo menyampaikan selamat dan apresiasi positif atas buah kerja keras Bu Mulyani. Semoga ini menjadi tonggak bagi lahirnya karya-karya lain yang lebih fenomenal lagi di masa-masa mendatang,” tandasnya.
Dihubungi via sambungan aplikiasi video conference, perempuan yang telah mempelajari tari topeng sejak tahun 1990 itu mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaan atas diterimanya apresiasi dari BPIP.
“Benar-benar tidak menyangka karena sebelumnya memang tidak pernah berpikir akan nada penghargaan seperti ini. Saya juga dinilai telah membantu negara menjaga keluhuran Pancasila,” ungkap Mulyani.
Dari pembelajaran terhadap seni tari topeng, akunya, telah menciptakan sejumlah karya tari seperti Kenyo Lengger, Lengger Wanusaban, Ginanjar Mulo hingga Gladen. Salah satu karya besarnya, adalah pentas 5000 topeng lengger tahun 2018 dan 2019 yang melibatkan pelajar se- Wonosobo.
Sementara, untuk ketertarikan terhadap alat musik Bundengan, sebuah alat musik tradisional khas Wonosobo yang berawal dari kebiasaan warga Kalikajar menggembala itik di persawahan.
Tetap Lestari
“Khusus untuk alat musik Bundengan ini saya terus terang merasa sangat prihatin. Sebab sudah tidak ada lagi generasi muda yang tertarik. Sehingga saya putuskan untuk belajar langsung pada Pak Bukhori dan Pak Munir, pakar Bundengan dari Maduretno Kalikajar,” terang.
Setelah merasa memiliki kemampuan dalam memainkan Bundengan, Mulyani mengaku, bersama Yayasan Ngesti Laras mengajak anak-anak muda di Ngabean dan Tanggalan untuk sama-sama belajarBelajar kepada Munir. Saat ini banyak anak-anak muda yang terampil memainkan Bundengan.
Dari Alat musik unik ini pula telah membawanya sampai ke Australia untuk berpartisipasi dalam salah satu ajang pertunjukan musik Internasional. Memberikan pemaparan terkait sejarahnya di salah satu Universitas di Negeri Kanguru itu.
“Banyak pula Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi seperti ISI Solo, UNJ dan beberapa kampus lainnya di Indonesia ini yang kemudian datang ke Wonosobo untuk mempelajari seni Bundengan,” bebernya.
Menurut Mulyani, mungkin inilah yang menjadi pertimbangan BPIP memberikan apresiasi terhadap dirinya melalui siaran virtual TVRI. Ke depan pihaknya musik Bundengan tetap lestari dan di uri-uri generasi masa kini.
Muharno Zarka-Wahyu