Kades Sonokulon, Kecawatan Todanan, Blora, Wahyudi (baju putih), mulai nguri-uri umpak situs bekas Masjid Agung Demak. (Foto : SB/Supriyanto)

BLORA (SUARABARU.ID) – Tapak tilas situs (kuna) peninggalan sejarah, konon bekas pembangunan Masjid Agung Demak yang gagal dibangun oleh para Wali Songo di Putat Kunden, Dukuh Soronini, Desa Sonokulon, Kecamatan Todanan, Blora, Jawa Tengah, makin terbengkalai.

Lokasinya terletak kurang lebih 40 kilometer dari pusat kota Kabupaten Blora tersebut. Kini sudah ada pembenahan awal yang dilakukan Pemerintah Desa (Pemdes) Sonokulon, walaupun dalam skala kecil.

Bahkan dengan adanya pembangunan untuk ‘nguri-uri’ peninggalan sejarah tersebut, benda-benda kuna seperti umpak dan batu bata yang dulunya berceceran dan di rumah-rumah warga, sudah mulai diserahkan ke Pemdes untuk dikumpulkan (diamankan)

“Alhamdulillah, setelah ada pembangunan tipis-tipis ini, warga mulai sadar menyerahkan barang temuan mereka untuk dikumpulkan jadi satu,” beber Wahyudi Kades Sonokulon, Jumat (28/8/2020).

Sendang Pengkol

Kawasan situs Putat diberi tetenger (papan nama) agar tidak dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. (Foto : SB/Supriyanto)

Dijelaskan Wayudi, dulu hanya ada umpak (landasan tiang), dan ini baru diserahkan beberapa waktu lalu. Namun saat ini sudah ada sekitar 13 item, di antaranya umpak dan batu Bata berukuran 20 × 40 cm.

Sementara itu, eks lokasi Masjid Demak sendiri tidak jauh dari Putat berjarak sekitar 300 meter, dikenal dengan Sawah Boto, karena sebelum menjadi persawahan berupa tumpukan batu bata yang menyerupai bangunan.

“Itu disana yang ada pohon jatinya, yang namanya Sawah Boto,” kata Kades Sonokulon sambil menunjukkan lokasi Sawah Boto di sebelah barat putat.

Selain Sawah Boto, tidak jauh dari Putat juga terdapat Sendang Pengkol dan benduangan air  “Sambong Wali” yang saat ini berada ditengah sungai.

Bunyi Lesung

Walaupun demikian, menurut kesaksian beberapa warga setempat, posisi bendungan Sambong Wali sampai saat ini masih tetap sama walaupun diterjang banjir besar sekalipun.

“Mungkin Sambong Wali itu sudah didoakan para wali, sehingga masih utuh sampai sekarang,” kata Wahyudi.

Kades Sonokulon menambahkan, konon dulunya para Wali Songo akan membangun masjid Demak di lokasi tersebut (Sawah Boto).

Segala sarana dan prasarana pendukung sudah dilengkapi, baik itu sumber air (Sendang Pengkol) dan juga bendungan sungai (Sambong Wali) yang kemungkinan untuk prosesi pembangunan.

Namun ketika para wali bersabda (sabda wali) pembangunan masjid yang dilakukan malam hari, jangan sampai ada suara lesung dan suara ayam berkokok pertanda malam menjelang pagi telah tiba.

Bertepatan tibanya waktu pembangunan, para perempuan yang ada di dukuh ini (Soronini- red), membunyikan lesung yang disusul suara ayam berkokok.

Lalu para Wali marah, karena belum waktunya pagi sudah membunyikan lesung, sehingga proses pembangunan masjid pun gagal.

Leluhur

Wahyudi, Kades Sonokulon, Kecamatan Todanan, Blora, memagar keliling salah satu situs sejarah peninggal para Wali. (Foto : SB/Supriyanto).

Lalu, sebagain umpak-umpak masjid dibuang kemana-mana, dan salah satu di Putat itu, yang lainya tersebar di banyak tempat, ada  yang di gua terletak di tengah hutan dan lokasi lainnya.

‘’Semua itu hanya menurut cerita dari para leluhur, sedang detilnya  perlu dilakukan penelitian ahli sejarah,’’ kata Wahyudi lagi.

“Saya berharap, Pemkab atau institusi lainnya peduli dengan peninggalan situs bersejarah ini untuk dilestarikan,” harap Kades Sonokulon

Wahyudi ingin warisan sejarah tidak kehilangan nilai-nilai keasliannya, karena Bangsa Indonesia tidak lepas dari sejarah, jangan sampai anak cucu kita buta akan sejarah.

“Kami dan masyarkat berharap situs ini nanti bisa menjadi tempat wisata religi,” ungkap Wahyudi.

Suprianto-Wahono-mm