SALATIGA (SUARABARU.ID) Diberlakukanya rekayasa lalu lintas di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Kalipengging, Jalan Kalinyamat, dan Jalan Senjoyo genap sebulan, Kamis (26/12/2024) kemarin.
Optimalisasi jaringan jalan terutama sistem satu arah dari simpang tiga reksa sampai dengan simpang tiga bethany di Jalan Jenderal Sudirman, merupakan inisiasi Pemerintah Kota Salatiga dalam hal ini Dinas Perhubungan dalam upaya efektifitas volume lalu lintas yang kian bertumbuh.
Lantas bagaimana tanggapan masyarakat? Pengaturan arus kendaraan ini sempat menjadi perbincangan publik yang hangat, terutama di media sosial. Salah satunya pada grup Facebook Jaringan Salatiga Liberal atau JSL yang beranggotakan 15.368 anggota, salah satu akun Yakub Adi Krisanto menyoroti rekayasa lalu lintas di beberapa ruas jalan diduga mengakomodasi tempat penginapan yang sedang dalam proses pembangunan.
“Kebijakan Pemerintah lebih sering karena pengaruh pengusaha (konglomerat) bukan semata untuk kepentingan masyarakat. Akses kekekuasaan dan posisi tawar terhadap pemerintah menjadi penting.” Tulisnya pada 12/1/2025
Ia meminta pengaturan arus lalu lintas di ruas jalan tertentu dikaji secara serius. “Rekayasa lalu lintas meliputi satu arah, kantong parkir, bahkan ekstremnya car free untuk jalan tertentu. Butuh keberanian dan pemikiran untuk mengkaji. Bisakah? Mampukan Pemerintah kota dalam hal ini Wali Kota dan DPRD? Ini perlu diskusi,” ujarnya.
Sementara itu, beberapa pengguna kendaraan bermotor yang ditemui di tempat pada Jumat (31/1/2025) Mengaku menyambut baik adanya pengaturan baru ini, padatnya kendaraan pada jam-jam tertentu dapat terurai, terutama di simpang tiga reksa.
“Rekayasa ini cukup efektif mas. Dulu dari arah pasar menuju bethany sering macet karena pemberlakuan dua arah. apalagi pada jam berangkat sama pulang kerja,” ucap Andri, salah satu pemotor yang ditemui saat rehat di jalan Jenderal Sudirman.
Seorang pengguna kendaraan roda empat, Suroso, mengaku lebih sering melewati jalan Jenderal Sudirman pasca diberlakukan pengaturan lalu lintas. ia menuturkan rekayasa one way memungkinkan kendaraan roda empat lebih lancar dari sebelumnya.
“Sebelum one way saya jarang lewat sini. paling pulang kerja lewat jalan osamaliki agak muter tapi jalanya lancar. sekarang jensud lebih lega apalagi untuk mobil ya. Bagus sih mas kebijakannya,” ujar Suroso.
Sedang untuk para pedagang yang berjualan di ruas jalan Jenderal Sudirman tidak begitu terdampak terhadap rekayasa satu arah ini, meskipun bagi mereka hal ini merupakan pemandangan baru.