MAGELANG (SUARABARU.ID) – Imlek Tahun 2025 ikut pula dirayakan Komunitas Kota Toea Magelang (KTM). Komunitas pecinta sejarah dan heritage ini merayakan Tahun Baru China melalui kegiatan pameran dan jelajah bertajuk ‘Djeladjah Petjinan #6 dengan tema “Jejak Budaya Peranakan Tionghoa Kota Magelang”. Acara itu diselenggarakan di Lokabudaya Sukimin Adiwiratmoko, Alun-alun Selatan Kota Magelang.
Mulai Sabtu-Rabu (25-29/1), beragam kegiatan meramaikan event tersebut, Antara lain pameran artefak, foto, arsip, buku, koran, pakaian, pemutaran film, hingga bincang sejarah dengan bermacam tema ditampilkan di Djeladjah Petjinan #6 ini.
Bagus Priyana, Ketua Komunitas KTM mengatakan, Djeladjah Petjinan hadir untuk mengenalkan keberadaan dan sejarah Peranakan Tionghoa di Kota Magelang dan sekitarnya.
“Pelaksanaan tepat di momentum Imlek dengan menampilkan beragam sub acara dari pameran, bincang sejarah, hingga yang utama dari event ini adalah jelajah sejarah,” ujarnya di sela kegiatan beberapa hari lalu.
Dia mengaku, materi pameran kali ini mayoritas merupakan sumbangsih dari rekan KTM yang memiliki kepedulian besar terhadap sejarah. Salah satunya adalah Haris Kertoraharjo (Lie Thian Hauw). Tak kurang dari 120 koleksi berbagai jenis barang milik Haris dipamerkan.
“Di antaranya seperti foto tema keluarga, tema pernikahan, KTP, tema pemakaman yang fotonya eksklusif, dan ada juga baju kebaya encim khas Tionghoa. Masih banyak lagi koleksi yang kita sajikan di sini,” katanya.
Di segmen bincang sejarah, Bagus menghadirkan banyak narasumber yang kompeten di bidangnya. Seperti dr Oei Hong Djien, Haryanto (Tan Kian Jun), Lie Thian Hauw, Slamet Santosa (HK), Freddy Sudiono Uwek dan lainnya. Mereka menyampaikan tema yang variatif dari memori Pecinan, kegiatan sosial, budaya sejarah, hingga kuliner khas Tionghoa.
“Kita ingin mengungkap semua itu agar masyarakat Kota Magelang, khususnya generasi muda dapat mengetahui kiprah Tionghoa dalam perkembangan Kota Magelang. Dari situ kita bisa saling menghargai dan hidup rukun damai sentosa,” jelasnya.
Satu lagi agenda yang tak kalah penting dari Djeladjah Petjinan #6 ini, yakni Jelajah Sejarah. Bahkan, Jelajah Sejarah ini menjadi inti dari kegiatan, karena awal mula adanya event ini dari jelajah tersebut.
Bagus menyebutkan, dalam jelajah sejarah ini pihaknya mengunjungi berbagai tempat penting. Yakni SMP Wiyasa yang dulu di zaman penjajahan bernama Hoan Chinese School (HCS). Yaitu tempat sekolah bagi peranakan Tionghoa dengan memakai bahasa Belanda.
“Tak jauh dari SMP Wiyasa di Jalan Tidar, kita juga mengunjungi pabrik kecap cap Kidang Jantra yang sudah berdiri sejak tahun 1932. Kecap ini sudah legendaris dan sekarang dikelola oleh generasi ketiga dengan tetap mempertahankan cara tradisional dan cita rasa khasnya,” ujarnya.
Selepas dari pabrik kecap, jelajah sejarah yang diikuti 50 peserta ini kemudian mengunjungi rumah bekas dari Oei Hong Kian yang merupakan seorang dokter gigi dari Presiden Soekarno. Oei Hong Kian ini merupakan dokter gigi yang kondang waktu itu, dan ketenarannya terdengar sampai di telinga Presiden Soekarno.
“Waktu itu Presiden Soekarno sedang sakit gigi dan sudah banyak memanggil dokter gigi tapi sakitnya tidak sembuh-sembuh. Akhirnya memanggil dr Oei Hong Kian ini untuk menyembuhkan sakitnya, dan alhasil sakitnya berhasil sembuh,” ungkapnya.
Lokasi terakhir yang dikunjungi adalah gedung Yayasan Dharma atau lembaga sosial yang melayani kedukaan alias pemakaman. Yayasan ini sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, dan setia melayani masyarakat dalam urusan pemakaman.
“Melalui jelajah sejarah ini diharap para peserta mengetahui dan memahami sejarah Peranakan Tionghoa di Kota Magelang yang ternyata perannya sangat besar bagi perkembangan Kota Magelang,” imbuhnya.
Doddy Ardjono