MAGELANG (SUARABARU.ID)- Menjelang malam pergantian tahun baru Imlek, sebagian masyarakat etnis Tionghoa di Kota Magelang melaksanakan sembahyang arwah. Mereka menggelar sembahyang arwah di rumah masing-masing bersama dengan kerabat keluarga masing-masing’.
Pada prosesi sembahyang tersebut beberapa makanan khas Tionghoa yang sering dijadikan persembahan diletakkan di sebuah meja persembahan. Seperti, kue moho, kue ku ( kue cithok), wajik, serta buah-buahan yang bercita rasa manis. Tidak ketinggalan, berbagai macam daging dan juga ikan bandeng serta nasi.
“ Sembahyang arwah ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur yang telah meninggal dunia. Di Kebudayaan Tionghoa khususnya yang memegang kepercayaan Konghucu , sembahyang arwah ini merupakan suatu hal yang wajib. Sedangkan, masyarakat etnis Tionghoa yang beragama lain sebagian tidak wajib melakukan sembahyang leluhur,”kata Haris Kertoraharjo ,salah satu masyarakat Etnis Tionghoa di Magelang, Selasa ( 28/1/2025).
Haris mengatakan, di kalangan masyarakat Etnis Tionghoa, sembahyang arwah dilaksanaka tiga kali. Yakni, menjelang malam pergantian tahun baru Imlek, saat sembahyang Ceng Beng dan saat sembahyang Rebutan atau sembahyang yang dilakukan pada tanggal 15 bulan ke tujuh penanggalan Imlek.
Terpisah,Wakil Ketua Harian Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio Magelang, Gunawan mengatakan, Tahun Baru Imlek 2576 Khongzili/ 2025 ini mempunyai Shio Ular Kayu.
Dalam budaya Tionghoa, Ular melambangkan kecerdikan dan intuisi.
“Dalam astrologi Tionghoa, ular adalah simbol kebijaksanaan, dan hewan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan juga licik . Selain itu,selalu berhati-hati saat hendak menerkam mangsanya,”katanya.
Ia menambahkan, kayu melambangkan pertumbuhan, kreativitas, dan keluwesan. Kayu juga simbol kemakmuran dan inovasi.
“Di tahun baru Imlek dengan shio ular kayu ini sesuai dengan harapan dari umat,yakni lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya baik di bidang pertumbuhan ekonomi maupun kesehatan. Selain itu, para umat untuk lebih berhati-hati dalam menjaga ucapan pikiran. Selain itu, ceat beradaptasi dengan lingkungan, sehingga diberi keselamatan,”katanya W. Cahyono