Oleh: Kholis, J. Irohati
JEPARA (SUARABARU.ID)- Putra Jepara sampai Cirebon di hari ke 16. Tepat 6 Januari 2025, Senin malam, Lutfillah, pejalan kaki Jepara – Jakarta, masuk ke kota asal 7 terpidana kasus Vina, Cirebon. Perjalanan ini memang melambat dan meleset dari target.
Ketika memulai perjalanan, Lutfillah memperkirakan rentang waktu yang diperlukan hanya sekitar dua Minggu.
“Teman-teman pejalan yang lebih dulu berjuang, mengatakan demikian,” kilahnya.
Dalam sehari pria yang beken dengan nama Lutfi JW ini, menempuh jarak 25 hingga 30 km. Dengan membaginya 2 kali dalam 24 jam. Hal ini dilakukan dengan pelbagai pertimbangan.
Kesehatan
Keamanan
Effort/ghiroh.
“Sehabis subuh saya mulai berjalan kaki. Maksimal pukul sebelas. Setelah itu saya singgah di masjid untuk memenuhi dua waktu, Dzuhur dan ashar. Selepasnya, saya berjalan lagi. Mentok pukul sembilan malam saya sudah harus mendapat tempat menginap,” ucap sahabat dekat Jessica Iskandar ini.
Jauh panggang dari api. Tempat menginap sang pejalan kaki ini tentunya bukan hotel berbintang atau sekedar motel tengah gang. Lutfillah mengaku, selama perjalanan, persinggahan paling layak bagi musafir seperti dirinya adalah Masjid atau musholla.
“Saya juga pernah tidur di teras rumah orang. Karena kebetulan, sepanjang jalan, masjid tidak saya temukan.”
Masjid atau mushalla yang sempat ia singgahi, mungkin masih bisa dihitung dengan jari. Namun, ada keajaiban di balik perjalanannya ini.
“Saya menemukan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang. Saya merasa mendapatkan kembali serpihan diri saya yang sejati. Yang mungkin telah lama hilang atau bisa jadi terabaikan oleh diri saya sendiri,” akunya.
Alih-alih shafar, perjalanan sang founder kelas menulis Jenius Writing Indonesia (JWI) ini lebih condong kepada Rihlah.
Rihlah (bahasa Arab: الرحلة, arti literal “Perjalanan”) adalah istilah dalam bahasa arab untuk praktik menempuh perjalanan panjang, dengan makna khusus yaitu sebuah petualangan untuk mencari dan mengumpulkan hadis atau menuntut ilmu agama, juga makna secara umum untuk perjalanan dalam rangka penelitian atau melancong.
Ar-Rihlah juga kemudian dijadikan judul dari berbagai literatur yang memuat catatan dan pengalaman sepanjang perjalanan dari para pelakunya.
Dalam bidang pariwisata, di antara Kitab Rihlah yang terkenal adalah Riḥlat Ibn Baṭūṭah dari abad ke-14, catatan mengenai perjalanan pelancong asal Maroko bernama Ibnu Batutah. Catatan ini ditulis dan dibukukan oleh Ibnu Juzayy atas permintaan Sultan Abu Inan yang tertarik dengan cerita petualangan Ibnu Batuttah ke berbagai negara.
Hmmm, bisa jadi ini adalah kode illahi bagi sang rajawali kembali ke kancah literasi. Dunia yang telah membesarkannya sebagai Coach writer bonafit dengan melahirkan ribuan penulis apik di Indonesia dan beberapa negara di dunia.
Ada pepatah mengatakan, “guru diuji dengan apa yang diajarkannya”. Maka bagi seorang pejalan, “perjalanan adalah guru sejati yang mengajarkan kesejatian diri dan ketuhanan.”
Bravo Coach Lutfi, sang guru rajawali. Pesan keadilan yang kau bawa, menggetarkan genta-genta di kastil nirwana. Melangitkan harapan; bumi Pertiwi masih sesuci dahulu. Tatkala khalangwan dan para wali meruwat negeri melalui Susastra, Arutala (cita-cita mulia), Shanti (kedamaian) dan welas asih.
(Kholis J. Irohati adalah seorang Penulis, Kurator dan Trainer menulis)