Gunungan memiliki makna manusia harus jadi pemimpin bagi dirinya sendiri, punya jati diri, bijaksana dalam bertindak, dan mengendalikan nafsu serta hati nurani agar menjadi manusia yang lebih baik. “Pada akhirnya, manusia tersebut bisa bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar,” ungkap Mu’adz
Gunungan juga juga memiliki makna Tuhan dan juga pemerintah yang ada selalu mengayomi dan melindungi warganya. Juga memiliki makna manusia harus membuat dunia dan alam semesta menjadi tempat yang indah, baik dalam hal spiritual maupun material.
Sementara ikan mencerminkan kekayaan potensi laut yang menjadi kekuatan utama Karimunjawa. “Karena itu laut dan segala isinya harus kira rawat untuk anak-cucu kita. Ini wujud komitmen masyarakat Karimunjawa untuk menjaga kelestarian alam, tambahnya
Perjalanan Karimunjawa
Sebelum masa penjajahan Belanda, Karimunjawa sudah dikenal. Bahkan sekitar tahun 1293, pulau tersebut telah digunakan oleh pasukan Kaisar Kubilai Khan dan memberi nama pulau tersebut Chi-Li-Men. Juga pelaut Turki tahun 1403. Baru kemudian bangsa penjajah seperti Belanda, Portugis, dan Inggris menggunakan pulau ini,” ujar Mu’adz
Karimunjawa pada masa lampau juga menjadi pulau yang sangat disukai oleh kaum pedagang. Banyak dari mereka yang singgah ke pulau itu dalam perjalanan menuju Thailand, China, atau Australia. Nama Karimun sendiri tidak lepas dari keramaian ini.
Ia juga mengungkapkan, Karimunjawa dalam balutan kisah legenda juga berhubungan erat dengan perjalanan syiar Islam yang dilakukan oleh Sunan Nyamplungan, Putra Sunan Muria. “ Saat itu beliau memerinhtahkan putranya untuk menyeberang ke sebuah pulau yang “kremun-kremun” atau terlihat samar-samar dari puncak Gunung Muria. Sang putra diperintahkan untuk melakukan syiar Islam di pulau yang kemudian di kenal sebagai pulau Karimunjawa ,” tutur Mu’adz.
Dalam perjalanan sejarah Karimunjawa, kompleks kantor kecamatan ini juga menjadi pusat pemerintahan. “Tempat ini menjadi pusat pelayanan dan pengembangan Karimunjawa hingga saat ini,” ungkap Mu’adz.
“Karena itu Tugu Nol Kilometer ini tak hanya sekedar ikon saja, melainkan mempunyai makna dan filosofi yang mendalam bagi masyarakat Karimunjawa,” pungkas Mu’adz.
Hadepe