blank
Peresmian museum UKSW. Foto: UKSW

SALATIGA (SUARABARU.ID) – Selain Rapat Senat Terbuka, peringatan Dies Natalis ke-68 Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) tahun ini terasa lebih istimewa dengan diresmikannya Museum UKSW, Selasa (10/12/2024).

Terletak di lantai 2 Perpustakaan Notohamidjojo, Museum UKSW menyuguhkan berbagai koleksi yang mencerminkan perjalanan akademik, inovasi, dan sejarah kampus Indonesia Mini.

Rektor UKSW Prof. Intiyas Utami bersama para Wakil Rektor, hadir dalam peresmian Museum UKSW. Peresmian ditandai dengan pemotongan pita oleh Ketua Umum Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP PTSI) Prof. Dr. Thomas Suyatno didampingi Rektor Intiyas.

Hadir dalam peresmian para pengurus, pengawas dan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW), Senator UKSW, Direktur Direktorat di lingkungan UKSW, serta sejumlah tamu undangan lainnya. Hadir juga Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs., seorang Dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi (FTI) yang juga perancang Museum UKSW.

Monumental

“Dengan penuh rasa syukur, disaksikan civitas academica UKSW saya resmikan Museum UKSW yang sangat monumental. Dengan museum ini kita mengenang jasa para pendiri, perintis kampus kita tercinta,” kata Prof. Dr. Thomas Suyatno.

Dalam kesempatan tersebut, Rektor Intiyas mengucapkan terima kasihnya kepada semua pihak yang telah ikut ambil bagian sehingga Museum UKSW akhirnya diresmikan. “Terima kasih untuk semua tim yang telah memonitor jalannya perancangan sampai dengan pelaksanaan. Desainer museum ini adalah dosen kita dosen DKV Mas Anthony yang juga perancang museum di Salatiga,” kata Rektor Intiyas dalam sambutannya.

Disampaikannya, Museum UKSW ini ke depan diharapkan menjadi salah satu pusat pembelajaran di kampus ini, khususnya pembelajaran tentang sejarah UKSW bagi mahasiswa khususnya.

Nilai historis yang ada di Museum UKSW tidak hanya tentang kampus ini semata, tetapi juga ada tentang kota Salatiga. Keberadaan UKSW dan Salatiga sudah seperti koin mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Karena itu Rektor Intiyas berharap Museum UKSW ini juga dapat memberi warna untuk Kota Salatiga.

“Kami sedang merancang sistem agar museum ini tidak hanya dinikmati oleh civitas academica UKSW saja tetapi juga masyarakat umum agar sejarah kampus ini juga dapat menginspirasi dan memberikan manfaat bagi masyarakat umum,” kata Rektor Intiyas.

Menjelajah masa lalu

Dihubungi terpisah, Anthony Tumimomor mengungkapkan bahwa UKSW merupakan kampus swasta Kristen tertua di Jawa Tengah yang menyimpan banyak kisah sejarah dan memiliki pesan positif dari masa lalu yang mampu menginspirasi dan memiliki relevansi dengan masa sekarang dan masa depan.

“Museum ini menjadi tempat menyajikan berbagai artefak yang merupakan penanda di masanya. Tak hanya itu, museum ini juga menjadi tempat penjelajahan masa lalu mengenai seluk beluk UKSW sehingga mampu memberikan literasi dan nilai edukasi kepada pengunjung,” tegasnya.

Dirancang dengan konsep “bertumbuh”, museum ini menyuguhkan berbagai koleksi seperti tulisan literasi, artefak fisik, dan juga audio visual. Artefak yang menjadi koleksi museum ini 90% adalah milik atau peralatan yang pernah dimanfaatkan oleh UKSW di masa lalu. Beragam koleksi fisik yang menjadi penanda berbagai masa juga disusun apik di museum ini, seperti buku koleksi UKSW, dokumentasi foto, artefak pendukung perkuliahan, artefak pendukung dokumentasi, dan lainnya.

“Salah satu artefak unggulan adalah koleksi dari Rektor pertama UKSW Dr. O. Notohamidjojo berupa palu sidang, buku harian kerja, pena, dan microfilm reader juga kamera video yang pertama kali dimiliki UKSW,” jelas Anthony.

Diungkapkannya, Museum UKSW adalah museum universitas yang memiliki keunggulan dalam menyajikan timeline secara detail dan runtut dari awal terbentuknya universitas dengan didukung arsip yang lengkap.