Selaras dengan para wanita, foto yang diambil tahun 1996 ini menunjukkan kekompakan dengan memotret diri mereka seakan pada waktu itu mereka berkata “Siapa tahu ini jadi kenang- kenangan, suatu saat nanti ketika masing- masing sudah bekerja dan berkeluarga. Foto ini membuat kita kembali mengingat bahwa kita pernah muda dan genit, hahahaha…”
Seketika saya jadi mengerti para orang tua yang pada tahun itu masih berstatus mahasiswa atau Maba (mahasiswa baru). Alasan dari lamanya kita mendengar nasihat atau sekedar bercerita mengenai masa kuliah mereka karena hiburan waktu itu tidak membutuhkan paket internet atau koneksi Wi-fi.
Hanya dengan ngliwet seminggu sekali atau menyanyikan tembang “Kalau Bulan Bisa Ngomong” gubahan Doel Sumbang, ditambah segelas kopi dan cerita jenaka sudah membuat sepertiga malam itu bisa menjadi dua akhir yang berbeda, antara tawa riang atau galau merana.
Rasanya bernostalgia bagi mahasiswa yang pernah tinggal di kos ini, bila kapan hari kembali berkunjung untuk mengingat kemesraan bersama rekan-rekan sejawat waktu itu. Ada pajangan foto yang tertata dengan rapi dan terawat di sudut kos ini. Mengingat bagaimana suasana yang harmonis bersama teman satu kos, atau bahkan dengan bapak kos
Bagaimana rasanya ketika kita selalu diingat dan foto kita diabadikan oleh teman-teman yang sudah dianggap keluarga? Momen wisuda yang biasanya penuh rasa bangga dan sukacita dirayakan atau bahkan menjadi akhir dari kisah “Keluarga ketemu gede”?
Entahlah, tapi hal yang terjadi di Kos Turen 3, Salatiga ini seperti sebuah hunian dengan album nostalgia.
Sharon T