blank
Putri Azahra. Foto: dok

SURAKARTA (SUARABARU.ID) –Ternyata ada yang tertarik dengan gaya kepemimpinan mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Ignasius Jonan, yang khas dan tegas. “Saya tertarik gaya kepemimpinan Ignasius Jonan, dengan management by angry (pengendalian amarah),” kata Putri Azahra warga RT 3, RW 1, Baturan, Karangwuni, Polokarto, Sukoharjo, hari ini Minggu (1/12/24).

Mahasiswa semester 3, jurusan Farmasi UNS itu tertarik dengan gaya leadership Ignasius Jonan yang sukses membawa PT KAI lebih baik. Dipaparkan, Ignasius Jonan, telah dikenal luas dengan gaya kepemimpinannya yang khas dan tegas. Menurut analisa dia, Jonan menerapkan tiga hal dalam gaya kepemimpinannya, yaitu: menyuruh, marah, dan memuji.

“Gaya kepemimpinan itu ternyata sukses membawa PT KAI menjadi perusahaan yang lebih baik dan efisien,” tuturnya.

Bahkan, lanjut Putri, menurut mantan Wapres Jusuf Kalla, gaya leadership Jonan di PT KAI adalah management by angry. Menurut Jusuf Kalla gaya kepemimpinan itu cocok untuk sumber daya manusia (SDM) yang kurang disiplin. “Ketika Jonan pertama kali menjabat sebagai Direktur Utama KAI pada tahun 2009, perusahaan itu menghadapi berbagai masalah serius, termasuk keterlambatan kereta, pelayanan yang buruk dan infrastruktur yang usang,” tandasnya.

Dengan pendekatannya yang langsung dan tanpa kompromi, Jonan, segera melakukan serangkaian perubahan drastis untuk mengatasi masalah.

“Salah satu kunci keberhasilan Jonan adalah kedisiplinan yang diterapkannya di semua level perusahaan. Dia dikenal tidak segan-segan menegur bawahannya jika mendapati adanya kekurangan atau pelanggaran. Gaya management by angry itu diakui oleh banyak pihak sebagai cara efektif untuk mempercepat perubahan di tubuh KAI,” imbuhnya.

Disiplin

Dia amati, dalam berbagai kesempatan, Jonan menegaskan bahwa disiplin dan tanggung jawab adalah dua pilar utama yang harus dipegang teguh oleh seluruh pegawai PT KAI. Namun, yang perlu diingat bahwa yang dilakukan mantan dirut PT KAI itu bukan asal marah-marah tidak jelas, tetapi dikombinasikan dengan pujian dan reward. Pola itu menghadirkan keseimbangan unik.

Marah-marah dipakai untuk tindakan kritis, sedangkan reward dan pujian jadi insentif untuk kinerja manis. “Pak Jonan itu keras dan tegas, tapi itulah yang dibutuhkan KAI pada saat itu. Beliau tidak hanya memberi perintah, tetapi juga turun langsung ke lapangan untuk memastikan setiap rencana berjalan dengan baik,” nilainya.

Putri pun pernah meminta keterangan di jajaran PT KAI. Hasilnya antara lain, Jonan sering melakukan inspeksi mendadak ke berbagai stasiun dan fasilitas kereta. Untuk memastikan bahwa standar operasional yang telah ditetapkan benar-benar diterapkan dengan baik. Selain itu, Jonan juga fokus pada peningkatan kualitas layanan dan modernisasi sistem perkeretaapian.

Di bawah kepemimpinannya, PT KAI melakukan peremajaan armada kereta, meningkatkan fasilitas stasiun, dan memperbaiki sistem tiket elektronik. Langkah-langkah tersebut berhasil meningkatkan kepuasan pelanggan dan citra PT KAI di mata publik. Peremajaan armada kereta api meliputi pembelian kereta api baru yang lebih nyaman dan aman bagi penumpang, serta perbaikan kereta- kereta lama agar tetap layak operasional.

Peningkatan fasilitas stasiun kereta api juga menjadi salah satu prioritas Jonan. Banyak stasiun yang sebelumnya tidak terawat dengan baik, kini telah mengalami renovasi besar-besaran. Fasilitas seperti toilet, ruang tunggu, dan aksesibilitas untuk penyandang disabilitas diperbaiki dan ditingkatkan. KecualiĀ itu, penerapan sistem tiket elektronik membantu mengurangi antrean panjang dan mempercepat proses boarding, sehingga waktu tunggu penumpang bisa diminimalisir.

Terlihat Nyata

Menurut mahasiswi ini, hasil dari gaya kepemimpinan Jonan yang tegas dan berorientasi pada hasil itu terlihat nyata. Dalam beberapa tahun, PT KAI berhasil meningkatkan kinerjanya secara signifikan. Tingkat keterlambatan kereta berkurang drastis, kebersihan dan keamanan di stasiun meningkat, serta pendapatan perusahaan mengalami kenaikan.

Data yang Putri dapat, menunjukkan bahwa keterlambatan kereta berhasil ditekan hingga di bawah lima persen. Jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 20 persen.

Jonan kini tetap diingat sebagai sosok yang berhasil mengubah wajah PT KAI dengan gaya kepemimpinannya yang unik dan efektif. “Management by angry mungkin terkesan negatif, tetapi dalam kasus Jonan dan PT KAI, gaya tersebut terbukti sukses membawa perubahan positif dan keberhasilan yang berkelanjutan,” kata Putri.

Putri menambahkan, salah satu mantan kolega Jonan di PT KAI menyatakan bahwa meskipun gaya kepemimpinan Jonan sering keras, hal itu justru memotivasi banyak pegawai untuk bekerja lebih keras dan lebih baik.

Kisah sukses Jonan di PT KAI juga menjadi contoh bagi banyak pemimpin perusahaan lain di Indonesia. Banyak yang mulai melihat bahwa pendekatan yang tegas dan disiplin bisa menjadi kunci untuk mengatasi berbagai tantangan dan masalah di organisasi mereka. Sejak keberhasilannya di PT KAI, banyak perusahaan lain yang mencoba menerapkan pendekatan serupa, dengan harapan bisa mencapai hasil yang sama baiknya.

Hasil pengamatan dia, keberhasilan Jonan juga diakui di tingkat internasional. Berbagai media internasional memuji transformasi yang terjadi di PT KAI di bawah kepemimpinan Jonan. Beberapa bahkan menjadikan PT KAI sebagai studi kasus dalam manajemen perubahan dan kepemimpinan efektif. Hal itu tidak hanya mengangkat nama Jonan, tetapi juga membawa nama baik Indonesia di kancah internasional.

Kini, setelah beberapa tahun meninggalkan KAI, warisan Jonan masih terasa. Sistem dan budaya kerja yang ditanamkan masih dijalankan oleh penerusnya. PT KAI terus berkembang menjadi perusahaan transportasi yang lebih modern dan efisien, dengan standar pelayanan yang terus meningkat. Keberhasilan itu membuktikan bahwa kepemimpinan yang tegas, meskipun kontroversial, bisa membawa hasil yang positif dan berkelanjutan.

Dengan keberhasilannya, Ignasius Jonan menunjukkan bahwa kadang-kadang, gaya kepemimpinan yang keras dan tanpa kompromi adalah apa yang dibutuhkan untuk membawa perubahan besar dan keberhasilan. “Management by angry mungkin bukan untuk semua orang, tetapi dalam tangan yang tepat. Pendekatan itu bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk mencapai tujuan organisasi,” pungkasnya.

Eko Priyono