Dikatakan, kita dulu punya tokoh seperti Soekarno dengan perjuangannya menuju Indonesia Merdeka, atau Mohammad Hatta dengan kesederhanaan dan integritasnya. Tetapi sekarang sulit mendapatkan tokoh-tokoh yang layak untuk dijadikan contoh.
Kemudian dia menyebut nama Romo Mangunwijaya. “Karya Romo Mangun dalam bentuk novel keren, di bidang sastra luar biasa. Kemudian di bidang arsitektur juga dahsyat, dan di bidang pendidikan serta kemanusiaan,” kata dia.
Secara kebetulan pula, tambahnya, hari ini 25 November 2024, saat peringatan 25 tahun wafatnya Romo Mangun, sekaligus peringatan hari lahir Mgr Soegijapranata ke128 tahun.
“Maka usulan Romo Mangun menjadi pahlawan nasional, bila disetujui, kelak akan menjadikan dua tokoh Katolik bersama Mgr Soegijapranata menjadi pahlawan nasional,” ujarnya.
Melampau Sekat
Dalam kesempatan ini, Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko dalam sambutannya mengatakan, mendalami warisan besar Romo Mangun selama 25 tahun sejak meninggalnya, tidak ada nilai-nilai yang berkurang, justru malah makin banyak yang dirasa penting.
“Romo Mangun adalah sosok yang multidimensional, sastrawan, arsitek, dan memperhatikan masalah pendidikan dan pejuang kemanusiaan tanpa sekat agama, budaya, dan sosial,” ujar Romo Rubi.
Disebutnya, Romo Mangun adalah pembela wong cilik, dibuktikan dengan karyanya di bantaran Kali Code Yogyakarta, Grigak Gunung Kidul, dan seklah eksperimental Mangunan.
“Beliau juga sastrawan, budayawan, dan pejuang kemanusiaan. Sebagai arsitek dalam membuat bangunan beliau selalu mengutamakan bahan-bahan lokal dan melibatkan orang setempat. Rm Mangun menjadi teladan dalam keimanan dan kehidupan. Kita menyelami pemikiran dan karyanya untuk kemudian kita usulkan beliau menjadi pahlawan nasional,” kata Romo Rubi.
Ketua panitia pusat peringatan 25 tahun meninggalnya Romo Mangun, Agustinus Kunarwoko mengatakan, mengenang Romo Mangun untuk mendapatkan role model.
“Yang menarik dari Romo Mangun adalah dalam menuikapi hidup. Cintanya pada negara, gereja, dan manusia tidak basa-basi,” ujar Kunarwoko.
Acara ini diikuti oleh peserta dari SCU Rektor dan jajarannya, Dewan Penyantun SCU, para mahasiswa, dan menghadirkan siswa Sekolah Mangunan yang menampilkan band dan tari.
R. Widiyartono