blank
Festival Thothok Terusan, Cara Masyarakat Desa Kemujan Karimunjawa Mengenalkan Pengetahuan Tradisional (Titimangsa) Kepada Generasi Muda.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Karimunjawa dikenal dengan panorama laut yang memesona. Wisatawan dalam maupun luar negeri berbondong-bondong tentu alasan utamanya karena panorama laut nan indah yang tersedia. Sumber daya laut menjadi anugerah yang mampu menjadi daya tarik wisatawan.

Selain keindahan sumber daya laut, hal menarik lainnya adalah budaya warga. Budaya yang dimaksud, yakni aktivitas mencari-mengumpulkan thothok disaat peralihan dari musim timur ke musim barat diawal bulan November.

blank
Festival Thothok sebagai penanda peralihan musim.

Setiap memasuki musim ini, seluruh perairan Karimunjawa mengalami pasang surut maksimal. Keadaan alam ini mengakibatkan thothok (kerang) berlimpah di area ekosistem padang lamum yang terhampar luas di daerah Terusan,

Oleh masyarakat, kondisi ini dimanfaatkan untuk mencari thothok yang telah dilaksanakan turun-temurun dari generasi ke generasi. Aktivitas ini dilakukan tidak hanya oleh warga dari dusun Gonipah, yang merupakan wilayah terdekat dari Terusan melainkan masyarakat dusun lain di Desa Kemujan seperti, Dusun Mrican dan Batulawang, bahkan dari Dusun Cikmas dan Nyamplungan di Desa Karimunjawa.

Perlu di ketahui, Karimunjawa yang merupakan Kecamatan di Kabupaten Jepara memiliki empat Desa yaitu, Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Nyamuk, dan Desa Parang.

Kebiasaan dan perilaku masyarakat oleh sekumpulan pemuda Desa Kemujan dimanfaatkan sebagai perayaan budaya melalui konsep Festival Thothok Terusan. Inisiatif baik ini, selain memiliki daya tarik bagi masyarakat dan wisatawan juga memiliki nilai pemajuan kebudayaan. Kegiatan yang dilaksanakan pada musim peralihan dari musim timur ke musim barat diawal bulan November merupakan pengetahuan lokal terkait dengan titimangsa.

Penggagas Festival Thothok Terusan, Moh Sofi’i menyampaikan, Festival Thothok Terusan yang pada tahun ini kali kedua diselenggarakan sebagai penanda peralihan musim. Dengan begitu, kedepan masyarakat akan memahami dan sadar bahwa, jika Festival Thothok Terusan sudah diselenggarakan artinya musim telah berganti.

“Kegiatan ini merupakan ikhtiar aktivasi pengetahuan tradisional yaitu titimangsa atau masa (waktu). Tentu, pengetahuan waktu atau masa menjadi hal penting bagi masyarakat. Festival Thothok Terusan yang diselenggarakan bersamaan dengan musim pancaroba, yaitu pada tanggal 1-2/11/2024, selain sebagai perayaan warga juga sebagai pengingat bahwa, musim penghujan segera tiba. Korelasinya adalah agar supaya masyarakat bersiap terkait dengan ketahanan pangan”, tutur Moh Sofi’i.

Festival Thothok Terusan, konteks pemajuan kebudayaan relevan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2027 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dalam UU ini, pelestarian pengetahuan lokal merupakan bagian dari 10 objek pemajuan kebudayaan.

ua/a.rouf