Wakil Bupati Wonosobo M Albar saat hadir di acara sosialisasi KIE Rawan Bencana. Foto : SB/dok Prokompim

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Mengingat banyaknya kejadian bencana, sejak awal tahun 2024 hingga 28 Mei 2024, BPBD Kabupaten Wonosobo mengadakan Sosialisasi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat terkait mitigasi serta penanggulangan dalam mengurangi dampak resiko bencana seminimal mungkin.

Sosialisasi KIE Rawan Bencana dibuka Wakil Bupati M Albar di GOR Kelurahan Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang, Rabu (29/5/2024). Turut mendamping Wabup, Kepala Pelaksana BPBD setempat, Dudy Wardoyom

Menurut data BPBD Wonosobo telah terjadi bencana yang disebabkan alam sebanyak 134 kejadian tanah longsor mengenai rumah, 5 gempa bumi, 28 angin kencang, 4 banjir, 5 pergerakan tanah, 4 longsor mengenai jalan, 1 longsor mengenai irigasi, 1 tanggul jebol dan 3 cuaca ekstrem.

Fenomena tersebut memerlukan kesiapsiagaan dan kewaspadaan atas potensi terjadinya bencana.

Dihadapan 97 orang yang hadir meliputi Personil BPBD, Relawan Penanggulangan Bencana (RPB) se-Kecamatan Wadaslintang hingga perwakilan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Wonosobo.

Wabup Albar menyampaikan diperlukan sinergisitas yang lebih baik lagi, tidak hanya saat tanggap darurat saja, namun juga melingkupi mitigasi dan kesiapsiagaan pada tahap pra bencana hingga pasca bencana.

“Artinya komunikasi dan sinergifitas diperlukan dalam menghadapi situasi seperti ini. Tidak hanya wadaslintang, pelatihan seperti ini pun sangatlah penting dalam rangka mempersiapkan diri,” tegasnya.

“Langkah antisipasi penanggulangan bencana sedini mungkin untuk mengurangi dampak dari resiko-resikonya baik jiwa maupun materialnya,” ungkap Albar.

Mitigasi Bencana

Peserta sosialisasi KIE Rawan Bencana foto bersama dengan Wabup Wonosobo, M Albar. Foto : SB/dok Prokompim

Menurut Albar, langkah dari kegiatan ini diharapkan dapat menyatukan kekuatan dengan berbekal basis pengetahuan kebencanaan yang memadai. Khususnya dalam menyusun rencana penanggulangan bencana yang baik (good disaster management plan).

Baik melalui pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya, pelatihan siaga teknis bagi setiap sektor dan penyiapan sarana lainnya.

“Di sinilah pentingnya kegiatan seperti ini, Terlebih dengan kehadiran FPRB Wonosobo dan Relawan Penanggulangan Bencana (RPB) Kecamatan Wadaslintang,” katanya.

“Pelatihan ini selain untuk meningkatkan kapasitas semata, juga diharapkan memberikan dampak lebih besar lagi bagi masyarakat. Yakni mewujudkan ketangguhan Desa/Kelurahan dalam menghadapi kejadian bencana di seluruh Wonosobo,” tegasnya.

Semantara itu, Kepala BPBD Wonosobo Dudy Wardoyo mengatakan melalui pelatihan KIE Rawan Bencana sudah menjadi bagian tugas BPBD dalam melakukan langkah pencegahan melalui mitigasi bencana yang memperhatikan aspek keselamatan masyarakat dari risiko.

“Di daerah Wadaslintang sendiri, menurut laporan kasusnya cukup tinggi. Mulai dari tanah longsor, kekeringan, hingga laka air maka sangatlah di perhatikan untuk meningkatkan kapasitas rekan-rekan relawan. Mereka harus siap berperan dalam meningkatkan kesiapsiagaan penanganan bencana,” ujarnya.

Menurut Dudy, BMKG telah memprediksi bahwa Indonesia berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada musim kemarau sehingga membutuhkan kesiagaan dari pemerintah daerah Wonosobo.

“Kegiatan ini juga menjadi salah satu langkah pemecahan masalah untuk beberapa waktu ke depan. Ini menjadi opsi yang dapat mengantisipasi bencana sejak dini untuk kesiapsiagaan masyarakat,” pungkas Dudi.

Muharno Zarka