WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar Rozin menyatakan organisasi NU saat ini harus melakukan pengkaderan secara terstruktur, massif dan sistematis, khususnya bagi generasi muda di semua level di semua daerah.
“Karena apa? Hasil survei menyatakan dari 61 persen jumlah warga NU, hanya 5 persen generasi muda di bawah 20 tahun yang mengaku sebagai kader NU. Artinya, ada 95 persen anak muda, terutama pelajar dan mahasiswa, yang belum ber-NU,” tegasnya.
Penegasan tersebut disampaikan KH Abdul Ghaffar Rozin saat hadir dalam acara “Halal Bi Halal PCNU Kabupaten Wonosobo” di PP Nurun ‘Alannur Bugangan Kalianget Wonosobo, Kamis (23/5/2024).
Adapun generasi muda di atas 20 tahun, sambung dia, yang mengaku sebagai orang NU ada sekitar 20 persen. Kondisi tersebut mengharuskan organisasi NU di semua tingkatan melakukan proses pengkaderan secara serius di level anak muda, terutama generasi milenial.
“NU kan punya Gerakan Pemuda Ansor, Banser, Fatayat, IPNU-IPPNU. Saya minta melalui badan otonom NU di semua tingkatan musti melakukan proses pengkaderan bagi anak-anak muda secara berjenjang. Anak muda merupakan potensi besar bagi NU,” tuturnya.
Model Piramida
Saat ini, diakui atau tidak, jumlah warga NU yang besar didominasi oleh generasi tua. Sedang komposisi anak muda di NU dapat dibilang masih kecil. Jika situasi tersebut terus dibiarkan organisasi NU ke depan terancam akan mengalami krisis kader.
“Ini tidak boleh terjadi. NU besar tapi belum merasa besar. NU banyak tapi terlihat sedikit. Biasanya warga NU dianggap besar hanya dalam siklus lima tahun sekali. Di mana momentum politik terjadi, baik Pileg, Pilpres, Pilgub maupun Pilkada. Mestinya NU besar harus terlihat besar,” paparnya.
Menurut Gus Rozin, saat ini NU dilihat orang luar sebagai kerumunan bukan barisan. Bila sekadar kerumunan maka mudah disulut pihak lain, tapi jika sudah berupa barisan, posisinya lebih kuat dan solid karena kompak satu komando. NU harus dalam satu langkan besar dalam perspektif kebesaran NU.
“Guna membesarkan NU, tidak ada kata lain, harus ada langkah strategis seperti piramida. Di level atas NU musti mandiri secara tradisi, politik dan ekonomi, sehingga bisa mempengaruhi pihak lain. Jika di level tengah NU sudah mandiri tapi belum berpengaruh besar. Sedang di level bawah NU belum independent tapi masih dikendalikan orang lain,” terang dia.
Dikatakan Ketua PWNU Jateng, kalau NU ingin masuk level tinggi, maka program NU itu tidak bangun gedung tapi sudah naik memperkuat sektor riil. Yakni membangun basis ekonomi yang kuat dengan merambah ke pengembangan sektor bisnis. NU juga harus tetap berkhikmat di bidang kesehatan, pendidikan dan dakwah.
Muharno Zarka