“Darum Santi (46), seorang ibu asal Kota Semarang itulah yang memiliki ide membuat kerajinan boneka Nona Kriwil berbaju adat Nusantara memanfaatkan limbah kain perca…”
DI RUMAHNYA di Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Darum Santi menampakkan ratusan koleksi boneka Nona Kriwil berkebaya, dan baju adat Nusantara, Jumat 17 Mei 2024.
Boneka-boneka itu tertata rapi di rak-rak vertikal dan horizontal. Ada karakter berbaju adat Papua dan Indonesia Timur berbaju adat kain lurik, hingga batik dan kebaya-kebaya Jawa.
Di siang yang terik itu, Darum Santi sosok yang berprofesi utama sebagai Guru Sekolah Dasar (SD) bercerita banyak bagaimana mulanya menggeluti kerajinan sebagai usaha sampingannya.
Nona Kriwil merupakan sebuah karakter boneka dengan rambut kriwil (gelombang agak keriting), yang disulam menggunakan bahan benang wol.
Kemudian untuk sematan pakaian kebaya, dan baju adat nusantara dijahit memanfaatkan limbah kain-kain perca seperti batik, lurik, dan kain tenun, serta lainnya.
Jadilah boneka Nona Kriwil berbaju adat khas nusantara yang unik, hingga banyak diminati masyarakat lokal. Bahkan, boneka Nona Kriwil karya Darum Santi juga telah terbang ke beberapa negara.
Awal Mula
Semasa kecil Darum Santi memang sudah menyukai kerajinan. Kemampuannya didapat salah satunya saat masih sekolah mendapat pelajaran seperti menjahit atau menyulam.
“Apalagi zaman dahulu saya kecil itu ada mata pelajaran seni kerajinan. Dahulu ada kan seperti menyulam, menjahit di sekolah,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, ia mulai menyalurkan kegembiraannya akan kerajinan dengan membuat boneka-boneka souvenir berukuran kecil sebagai usaha kecil mikro dan menengah (UMKM).
“Mulanya saya memang suka dengan kerajinan ya. Sejak 2012 mulai membuat kerajinan boneka-boneka (suvenir) apa saja,” ujarnya.
Darum Santi mengutak-atik bermacam jenis-jenis boneka. Hingga dia merasa karya kerajinannya harus berbeda dan unik daripada yang lain.
2019 menjadi tahun tercetusnya ide membuat boneka dengan karakter rambut kriwil berpakaian kebaya dan adat Nusantara, selain itu ada pula kasual.
“Kemudian pada 2019 akhirnya saya mulai menekuni boneka Nona Kriwil dengan adat Nusantara,” katanya.
Bahan busana yang digunakan merupakan limbah kain perca yang didapatnya dari para penjahit. Ada pula yang didapatnya dari luar daerah sesuai baju adat daerah seperti kain lurik khas Indonesia Timur.
“Alasanya pakai kain perca ya saya ingin membantu diri saya sendiri dan bumi pada umumnya. Saya banyak baca artikel tentang kain perca yang sulit diurai. Saya mulai dari diri saya sendiri untuk bergerak memanfaatkan kain perca yang tak digunakan lagi oleh penjahit di sekitar saya. Saya mintai untuk dibikin kerajinan,” katanya.
Setidaknya dia telah melahirkan karya-karya boneka Nona Kriwil dengan baju adat sebanyak 18 provinsi dari seluruh Indonesia. Seperti Jawa, Sunda, Bali, Nusa Tenggara, hingga Papua.
“Tema baju adat Nusantara dipilih juga karena saya ingin lestarikan budaya Indonesia. Memperkenalkan juga pada anak-anak, ini lho Indonesia itu kaya sekali (budayanya),” ucap Darum Santi.
Untuk ukuran boneka yang dibuatnya ada tiga, yakni 12 cm, 17 cm, dan 20 cm.Setiap ukuran dan model punya tingkat kesulitan yang berbeda dalam membuatnya.
“Lama proses pembuatan (setiap boneka) itu sekira 3 jam. Namun kalau membuatnya itu sebetulnya saya itu dalam skala banyak, misal bajunya dulu, lalu rambutnya, jadi begitu caranya,” kata dia.
Pandemi Covid 19
Bukan perkara mudah memulai bisnis kecil UMKM seperti dirinya untuk melewati masa Pandemi Covid 19 di Indonesia sejak Maret 2020.
Baru setahun memulai bisnis dengan ide baru tersebut, Darum Santi harus bertahan terhadap banyak pembatasan pergerakan saat masa-masa Covid 19.
Dia tak lagi banyak mengikuti pameran-pameran UMKM di luar seperti mall, lokasi-lokasi luar ruangan (outdoor).
“Saya memilih banyak dirumah (tidak pameran di luar) saat itu mungkin ada dua tahun lebih,” katanya.
Namun kini usahanya sudah bangkit kembali. Boneka Nona Kriwil sering mengikuti pameran UMKM di luar bersama relasi sesame banyak perajin lainnya.
Penjualan Hingga ke Luar Negeri
Boneka Nona Kriwil cukup mendapatkan perhatian dari khalayak dengan karakternya yang khas dan mengenalkan budaya Nusantara.
Selain penjualan dengan mengikuti banyak pameran-pameran UMKM, penjualannya juga banyak melalui media sosial atau daring.
“Satu bulan rata-rata penjualan bisa 50-100 boneka. Omset bisa Rp 15 juta sebulan. Harga boneka sekarang berkisar itu Rp 120 ribu – Rp 170 ribuan,” ujarnya.
Dengan omset yang cukup lumayan itu, Darum Santi kini dibantu tenaga kerja sampingan (part time) 2-3 orang.
“Kerjaan itu diambil dibawa pulang. Kemudian untuk finishing (penyelesaian) dikerjakan di rumah saya,” katanya.
Penjualan sampai saat ini sudah ada yang memesan dari luar Pulau Jawa, namun paling banyak di Jawa karena sering keliling mengikuti pameran UMKM.
Boneka Nona Kriwil juga sudah terbang ke luar negeri, di Eropa sampai ke Swiss, kemudian di Asia juga ke Jepang.
“Pernah dibeli bule Swiss, istrinya orang Indonesia. Saat itu ingin terbang ke Swiss lalu membeli suvenir yang menurutnya khas ini,” katanya.
Lalu juga boneka Nona Kriwil mendarat di Jepang di mana dibeli orang Indonesia yang memang lama tinggal di Negeri Sakura.
“Saat itu dia sedang di Indonesia dan ingin kembali ke Jepang. Suka dengan boneka Nona Kriwil ketemu saat saya pameran, lalu dibeli lumayan jumlahnya beberapa untuk mengenalkan budaya Indonesia di sana,” ujarnya.
Ya, Darum Santi merupakan salah seorang yang peduli dengan lingkungan. Dia bisa menangkap sekecil apapun peluang menjadi cuan.
Bekal kemampuannya dipadukan tekad untuk mengolah limbah kain perca menjadi barang bernilai ekonomis. Selain itu juga bisa mengenalkan budaya Nusantara dengan karakter boneka kepada khalayak bahkan hingga mancanegara.
Diaz Azminatul Abidin