Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu saat memimpin kegiatan tanam cabai dan panen selada dalam Gerakan Tanam Cabai Serentak di Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Senin (4/3/2024). Foto: Dok. suarabaru.id

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus mendukung pemerintah pusat dalam upaya menjaga ketahanan pangan dan mengendalikan inflasi. Salah satunya dengan menggalakkan program urban farming.

Bahkan, Pemkot Semarang telah terlebih dahulu menggaungkan gerakan tanam cabai lewat program Tancab Bang Tani (Tanam Cabai dan Bawang untuk Tekan Inflasi) sejak Oktober 2023 lalu.

Hal ini dimaksudkan agar masyarakat tak risau jika terjadi lonjakan harga pangan, khususnya cabai. Apalagi jelang Ramadan dan Idul Fitri, harga cabai dan kebutuhan pangan lainnya akan meningkat harganya.

“Hari ini bertepatan dengan peringatan Hari Kesatuan dan Gerak PKK ke-52 Tahun 2024 secara nasional, tim Penggerak PKK melakukan zoom meeting dengan Ibu Negara, Iriana Joko Widodo dalam melakukan gerakan tanam cabai serentak,” ujar Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu saat menghadiri Gerakan Tanam Cabai Serentak di Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Senin (4/3/2024).

“Alhamdulillah Kota Semarang sudah dari Oktober tahun 2023 lalu memulai program gerakan yang kami beri nama Tancab Bang Tani (Tanam Cabai dan Bawang untuk menekan Inflasi-red). Ini salah satu gerakan yang dilakukan Pemerintah Kota semarang untuk menjaga ketahanan pangan dan menekan inflasi,” sebut Mbak Ita, sapaannya.

Tak hanya menanam cabai serentak, dalam kegiatan tersebut juga berlangsung panen selada hijau.

“Selada ini dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Namun jika ada lebih, dikirim juga ke restoran, hotel, dan pusat-pusat kuliner di Semarang yang membutuhkan tentunya,” kata dia.

Menurutnya, ibu-ibu khususnya di tim penggerak PKK sebagai bagian dalam keluarga yang memiliki peran paling dalam rumah tangga, bisa pula mendapatkan uang tambahan dengan program urban farming ini. Apalagi jika bisa memanfaatkan lahan tak produktif di sekitar rumahnya.

“Saya minta Dinas Pertanian mengumpulkan ibu-ibu, memberi pelatihan dan mengajak berkebun, bercocok tanam. Sehingga bisa menghasilkan pundi-pundi uang, minimal mencukupi kebutuhan dapur. Ini yang harus disosialisasikan lebih intens,” ujarnya.

Manfaatkan Lahan Tidur

Untuk lahan pertaniannya, Mbak Ita mendorong agar masyarakat memanfaatkan lahan tidur atau lahan tak produktif di sekitar rumah. Selanjutnya, Mbak Ita juga meminta ketua Tim Penggerak PKK di kelurahan dan kecamatan agar memberikan pelatihan langsung ke masyarakat.

Mereka akan memperoleh pelatihan terlebih dahulu, kemudian bisa diimplementasikan kepada lingkungannya.

“Hal ini bertujuan agar masyarakat bisa mandiri, dan tentunya ketahanan pangan Kota Semarang bisa terjaga serta bisa membantu negara dalam upaya menekan laju inflasi,” tandasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur, mengatakan, saat ini sudah ada 415 kelompok tani dan kelompok wanita tani yang terdaftar di Pemkot Semarang.

Mereka terlibat dalam program urban farming, dengan memanfaatkan lahan di sekitar lingkungan mereka.

“Semua tanah atau lahan yang ada meski terbatas, di semua tempat bisa dijadikan untuk kegiatan urban farming. Misalnya pekarangan rumah, tabulampot (tanaman buah dalam pot-red), akuakultur, dan sebagainya. Kami juga melibatkan pengurus Tim Penggerak PKK di kelurahan maupun kecamatan untuk terus menyosialisasikan program urban farming ini,” katanya.

Hery Priyono