Bupati Kebumen Arif Sugiyanto didampingi Wakil Bupati Ristawati Purwaningsih hadir pada selamatan desa di Martaban Bulupitu, Kecamatan Kutowinangun, Jumat 23/2.(Foto:SB/Kominfo Kbm)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Wisata religi Martaban Bulupitu di Desa Tunjungseto, Kecamatan Kutowinangun, masuk dalam kawasan Geopark Kebumen.

Bulupitu selama ini menjadi tempat wisata religi yang selalu ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah di luar Kebumen. Tempat ersebut juga memiliki mitos dan cerita rakyat sebagai lokasi pertemuan gaib Dewi Nawang Wulan dengan Joko Sangkrib, yang kelak menjadi Arungbinang I.

Bupati Kebumen Arif Sugiyanto saat menghadiri acara selamatan desa di Martaban Bulupitu meminta kepada masyarakat agar selalu menjaga kawasan ini yang masih asri. Letaknya di dataran tinggi, hutan Bulupitu masih dipenuhi pohon-pohon besar dengan berbagai macam jenis.

“Bulupitu, bulu itu nama pohon yang besar jumlahnya ada tujuh. Kawasan ini sudah dikenal sejak zaman saya belum lahir sebagai tempat wisata religi, karena di sini ada petilasan dari orang-orang kerajaan dan ini menjadi satu bagian dari Geopark Kebumen karena menyangkut kelestarian alam dan budaya yang sampai saat ini masih terjaga,”ujar Bupati didampingi Wakil Bupati Ristawati Purwaningsih, Jumat (23/2)

Bupati Arif Sugiyanto berjalan kaki turun dari perbukitan Bulupitu. Kutowinangun.(Foto:SB/Kominfo Kbm)

Di dalam hutan Bulupitu itu terdapat petilasan Dewi Nawang Wulan dan kedua anaknya, Raden Bagus Klantung dan Raden Bagus Cemeti. Dewi Nawang Wulan adalah istri dari Aroengbinang, seorang pangeran di Kebumen pada masa lampau. Tempat ini ramai dikunjungi masyarakat untuk berwisata.

Menurut Bupati, Kebumen punya banyak wisata religi yang menjadi tempat bagi masyarakat untuk berziarah. Menurutnya, tempat-tempat seperti ini yang harus dikembangkan dalam sebuah kawasan Geopark. Sebab, Geopark Kebumen bukan hanya bicara bebatuan dan potensi masyarakatnya.

“Bukan hanya Bulupitu, kita juga punya hutan Jawa di Karanggayam. Kemudian di Kebumen daerah utara itu juga masih terdapat Elang Jawa, begitu juga di Ayah. Ini menunjukan kelestarian alam di Kebumen masih cukup terjaga dengan baik,”tuturnya.

Sementara itu, di tempat yang sama General Manager Badan Pengelola (GMBP) Geopark Kebumen, Sigit Tri Prabowo mengatakan, Geopark Kebumen tidak hanya berbicara mengenai keanekaragaman geologi, budaya dan hayati. Kawasan Bulupitu dinilai menjadi tempat ideal bagaimana kearifan lokal mampu menjaga keanekaragamaan hayati.

“Di Bulupitu itu kita bisa melihat bagaimana masyarakat itu bisa menjaga kekayaan budaya dan kekayaan alam sebagaimana  diwariskan oleh nenek moyang kita. Dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke sini,”terang Sigit.

Sigit menambahkan, saat ini Geopark Kebumen sedang dalam proses pengajuan ke UNESCO Global Geopark (UGGp). Persiapan terus digenjot, mulai dari penguatan tim hingga persiapan di beberapa situs yang akan disurvai secara langsung oleh Tim UGGp yang akan dilakukan pada pertengahan tahun 2024 ini.

Menurut Sigit, pihaknya sedang memprioritas persiapan menuju UGGp. Kebumen akan mendapat visitasi secara langsung oleh Tim UGGp, kesiapan geosite (situs) telah 60 persen. Dengan jumlah total ada 41 geosite, 10 culturesite, dan  7 biosite yang tersebar di 22 kecamatan se Kabupaten Kebumen.

Komper Wardopo