blank
Ganjar berpose di depan rumah pengasingan yang dulu pernah ditempati Sutan Syahrir. Foto: tmgp

BANDA NEIRA (SUARABARU.ID)– Sejumlah tempat bersejarah di Banda Neira, pulau kecil di Maluku, dikunjungi Ganjar Pranowo, Selasa (30/1/2024). Salah satunya adalah rumah pengasingan Bung Hatta, yang saat ini diabadikan menjadi museum.

Di tempat itu, Calon Presiden (Capres) nomor urut 03 itu, berkeliling ke komplek dan ruangan rumah. Termasuk ke ruang tamu dan ruang kerja, juga taman dan bangunan di bagian belakang.

Menariknya, bangunan di bagian belakang itu masih terdapat bangku-bangku kelas, lengkap dengan papan tulis warna hitam. Konon, bangunan itu dijadikan sekolahan bagi warga sekitar oleh Bung Hatta.

BACA JUGA: BNN RI Musnahkan 22.864 Pohon Ganja di Lahan Seluas Dua Hektar Wilayah Aceh Utara

blank
Sejumlah warga di Banda Neira berfoto bersama dengan Capres Ganjar Pranowo, saat melakukan kunjungan di wilayah itu. Foto: tmgp

”Ini adalah tempat bersejarah. Saat itu Bung Hatta diasingkan penjajah. Dan ini masih ada bangku untuk sekolah anak-anak sekitar sini,” ujar Ganjar.

Ganjar mengaku kagum dengan semangat Bung Hatta. Meski berada di pengasingan, masih memikirkan pendidikan bagi warga sekitar.

”Luar biasa semangatnya. Tentu itu harus menjadi inspirasi dan semangat orang-orang sekarang, bahwa pendidikan bagi Bung Hatta sangat penting,” paparnya.

BACA JUGA: ICJR Ajukan Permohonan ke Kajari Jepara

Capres yang berpasangan dengan Mahfud MD itu, juga punya semangat yang sama soal pendidikan. Di dalam programnya, fokus memberikan akses pendidikan bagi warga miskin, melalui program Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana. Selain itu juga, dengan program internet gratis dan merata, sebagai media pendukung belajar bagi pelajar.

”Saat itu Bung Hatta memberi akses bagi masyarakat, satu keluarga satu orang bisa sekolah di situ. Rasa-rasanya itu bagus untuk terus diterapkan saat ini,” tandasnya.

Diketahui, Pulau Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli (bunga pala) dunia. Banda Neira menjadi satu-satunya pulau penghasil rempah-rempah bernilai tinggi, hingga pertengahan abad ke-19. Itulah yang membuat bangsa Eropa kepincut untuk menguasai.

Pulau yang berpenduduk 14 ribu jiwa itu juga dijadikan tempat pengasingan pejuang Nasional pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Beberapa di antaranya Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Cipto Mangunkusumo.

Riyan