Peserta Dialog Budaya Mengenang Sang Empu Seni Ukir

JEPARA (SUARABARU.ID) – Puluhan pelestari seni ukir Jepara yang Jumat malam bersehati mengenang 40 hari kepergian Sang Empu Ukir Jepara, Soekarno BA dengan mengelar dialog budaya di kediaman Sang Maestro,Jumat (22/12-2023). Mereka meyakini peran besar almarhum dalam mengembangkan dan melestarikan seni ukir hingga akhir hayatnya.

Sebab pria kelahiran Jepara 20 Januari 1945 ini sepanjang hidupnya memang didedikasikan pada seni ukir. Sebab alumni STM Jurusan Dekorasi Ukir angkatan pertama ini selepas menyelesaikan pendidikan sarjana muda jurusan seni rupa di IKIP Negeri Semarang memilih mengabdi sebagai guru di almamaternya sejak 1969 hingga sekolah ini berubah menjadi SMIK dan kemudian menjadi SMKN 2 Jepara. Ia mengampu mata pelajaran Proyeksi, Perspektif dan Praktek Mengukir.

Sutarya saat menyampaikan pemikirannya tentang pelestarian seni ukir

Ia pernah dikirim ke Korea Selatan, Amerika dan Spanyol untuk menambah pengetahuannya dalam seni ukir hingga ia dikenal sebagai seniman relief dan patung Jepara yang memiliki kemampuan luar biasa. Karena konsistensinya dalam berkarya ia kemudian dipanggil Sang Empu Ukir Jepara. Ia telah melahirkan puluhan ribu seniman ukir Jepara dari lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

Ia juga menjadi saksi, akibat kebijakan kementerian pendidikan dan kebudayaan, STM jurusan Dekorasi Ukir yang berubah menjadi SMIK justru memunculkan persoalan dari aspek pelestarian seni ukir. Bahkan semakin jauh panggang dari api. Sebab seni ukir hanya merupakan bagian dari Kerajinan Kayu dengan materi ajar minor. Lembaga pendidikan tidak lagi mampu menjadi kawah candradimuka perajin ukir Jepara yang dampaknya kemudian mulai dirasakan 10-15 tahun lalu, seni ukir ditinggalkan para pewarisnya

Koordinator Usaha Mandiri SMKN 2 Jepara Indria Mustika memaparkan program yang hendak dilakukan

Sampaikan Rekomendasi

Dialog budaya yang dipandu oleh Hadi Priyanto, dimulai dengan pemaparan semakin sempitnya ruang yang ada dalam kurikulum pada tingkat SMP oleh Subagya Ketua MGMP Prakarya SMP Kabupaten Jepara.

“Hampir-hampir tidak ada yang menjadikan seni ukir muatan lokal. Perda No 1 tahun 2011 tentang Pendidikan yang menjadi dasar muatan lokal seni ukir pada semua satuan pendidikan, juga tidak bisa diwujudkan. Kini hanya ada satu dua sekolah yang ada ekstra kurikuler seni ukir,” ujar Subagya yang juga guru SMPN 1 Jepara.

Hal senada juga disampaikan Sutrisno. Mantan guru seni ukir SMPN 6 Jepara ini meminta pemerintah serius menangani pelestarian seni ukir melalui jenjang pendidikan dasar. “Kita tumbuhkan kembali kecintaan anak-anak pada seni ukir,” ajaknya.

Sedangkan Suyoto,mantan guru Seni Ukir SMKN 2 Jepara membenarkan bahwa ada perubahan mendasar dalam pendidikan seni ukir dari sisi waktu. “Akibatnya siswa setelah lulus memang tidak benar-benar bisa menjadi perajin yang terampil sebab mata pelajaran seni ukir memang minor,” terangnya. Pemerintah Provinsi harusnya turut bertanggung jawab, mengingat SMK masuk wilayah provinsi.

Puluhan pelestari seni ukir Jepara yang Jumat malam bersehati mengenang 40 hari kepergian Sang Empu Ukir Jepara, Soekarno BA dengan mengelar dialog budaya di kediaman Sang Maestro,Jumat (22/12-2023)

Sementara Sutarya menyebut politik will pemerintah semestinya memberikan perhatian bagi pelestarian seni ukir. “Tidak boleh kemudian dibiarkan. Salah satu alat ukur perhatian dan kesungguhan pemerintah harusnya diwujudkan dengan menyusun peta jalan pelestarian seni ukir. Tanpa itu mustahil kita dapat melestarikan seni ukir,”tutur Sutarya yang juga dosen Unisnu Jepara.

Sedangkan Leo Ramli, seniman ukir dari Desa Tegalsambi menyebut salah satu hal fundamental mengapa seni ukir ditinggalkan oleh para pewarisnya adalah upah yang rendah. Kalah jauh dengan tukang kayu dan tukang batu. Itupun pembayarannya tidak dapat dipastikan waktunya,” terang Leo yang mengaku upah tukang ukir di luar kota lebih menjanjikan.
Miftah dari Desa Krapyak juga membenarkan kondisi seni ukir yang terjun bebas ke titik nadirnya. “Harusnya ada perhatian serius dari pemerintah, sebab seni ukir adalah kearifan lokal,” ujarnya. Pemerintah juga harus memberdayakan perajin agar memiliki posisi tawar, bukan justru hanya membantu para pengusaha, pintanya.

Sementara Koordinator Usaha Mandiri SMKN 2 Jepara Indria Mustika memaparkan program yang hendak dilakukan,salah satunya adalah mengembangkan produk-produk kriya kayu dan kriya lainnya.”Kami sangat terbuka dan berharap sumbang saran masyarakat, agar SMKN 2 mampu menjawab harapan masyarakat.

Dalam diaog tersebut juga disepakati untuk menyampaikan rekomendasi hasil dialog kepada pihak-pihak terkait, termasuk melakukan audiensi dan dialog dengan Pj Bupati Jepara

Hadepe