Oleh : Hadi Priyanto
Soekarno BA, yang dikenal sebagai empunya seni ukir Jepara Senin (13/11-2023) pukul 08.15 Wib telah menghembuskan nafas terakhir dalam usianya yang ke-79. Ia kembali kepangkuan Allahnya setelah sempat dirawat di rumah sakit RA Kartini sejak Kamis lalu. Soekarno meninggalkan 1 orang istri, 4 orang anak dan 8 orang cucu yang manis.
Bagi seniman ukir Jepara, Soekarno bukan saja dikenal sebagai guru, tetapi juga sering disebut sebagai empu. Sebab telah ribuan orang dibimbingnya menjadi seniman seni ukir. Bukan saja yang tinggal di Jepara, tetapi juga yang berasal dari daerah lain di Indonesia. Bahkan banyak muridnya yang berasal dari berbagai negara. Mereka pernah mendapatkan ilmu dan ketrampilan mengukir dari Sang Empu
Ia juga memiliki konsistensi dalam menghasilkan karya dalam rentang waktu yang sangat panjang. Sebab ia tidak pernah berhenti berkarya sejak duduk dibangku STM jurusan Dekorasi Seni Ukir tahun 1963 hingga hingga menjelang akhir hayatnya. Sejak STM hasil ukiran Soekarno telah laku di jual. Karya Soekarno juga turut menghiasi ruang Jepara di Istana Merdeka Jakarta
Namun dalam usianya yang semakin tua, Soekarno yang lahir pada tangal 20 Januari 1945 ini mengaku terus gelisah. Sebab ia melihat seni ukir warisan leluhur bangsa ini semakin ditinggalkan pewarisnya. Tidak banyak anak muda yang tertarik pada seni ini, apalagi menekuninya. Anak-anak muda sekarang senang pada yang instan. Apalagi di Jepara tidak ada lagi sekolah yang secara khusus mengajarkan ketrampilan seni ukir
Lembaga kursus juga tidak ada lagi dan semakin berkurangnya pelestarian alamiah oleh keluarga perajin. Jika tidak ada intervensi dan perhatian khusus, suatu saat kebesaran Jepara sebagai kota ukir dan bahkan pusat ukir dunia akan berlahan semakin redup.
Menurut Soekarno, disamping tidak adanya sekolah yang secara khusus mengajarkan seni ukir, gaji seniman ukir juga menjadi salah satu penyebab mengapa keterampilan ini semakin ditinggalkan. Sebab menurut penerima penghargaan pelestari seni ukir ini, ia melihat gaji seniman ukir kalah dengan gaji seorang tukang kayu dan tukang batu
Alumni STM Jurusan Dekorasi Seni Ukir ini selepas menyelesaikan pendidikan Sarjana Muda di IKIP Semarang memilih mengabdi sebagai guru di almamaternya STM Negeri Jerpara hingga berubah menjadi SMIK Negeri Jepara dan SMK Negeri 2 Jepara. Ia mengampu mata pelajaran proyeksi, perspektif dan praktek mengukir.
Ia juga pernah dikirim ke Korea, Amerika dan Spanyol untuk menambah pengetahuannya. Soekarno juga pernah menjadi kepala SMK N 8 Semarang dan Kepala SMIK Jepara. Juga menjadi pengawas SMK hingga pensiun tahun 2005.
Sukarno bukan saja dikenal sebagai guru, tetapi juga dikenal sebagai seniman relief dan patung Jepara yang miliki kemampuan luar bisa karena konsistensi dalam berkarya dan kemampuannya. Hingga usianya 76 tahun ia masih menghasilkan karya yang di pajang di show roomnya yang sederhana di Jalan Pemuda 33 Jepara.
Hingga akhir hayatnya Soekarno masih memiliki harapan pelestarian Seni Ukir Jepara dapat terus dilakukan. Karena ia seorang guru, maka Sukarno melihat lembaga pendidikan harus menjadi kawah condrodimuko bagi lahirnya seniman ukir, pewaris setia budaya bangsa. Itu juga yang menjadi kegelisahan Sang Empu hingga akhir hayatnya.
Selamat jalan Sang Empu. Semoga kelak ada yang bersedia meneruskan jihadmu, melestarikan seni ukir Jepara. (*)