blank
Debus. Ilustrasi. Reka: wied

blank

KARENA debus itu bagian dari tarekat Qadiriyah, mengasahnya dengan doa rutin dan mencegah yang dilarang Tuhan, yaitu Ma-Lima. Yaitu: Madon (zina), minum (mabuk-mabukan), main (judi), maling (mencuri), madat (menyalahgunakan narkotika).

Menurut sesepuh Banten, jangan berharap menguasai debus, jika belum mampu meninggalkan maksiat. Jika pantangan dilanggar, mudah melihatnya. Tidak perlu dibuktikan dengan goresan golok.  Tesnya mudah, ditusuk jarum. Jika berdarah, segera tobat dan tirakat lagi.

Kalau jenis permainan ringan, tidak perlu dengan olah batin. Cukup  bermodalkan teknik dan ketabahan. Namun untuk almadad atau digores senjata tajam, itu bagi yang sudah matang ilmunya. Dan pada zaman pertempuran, para jawara memanfaatkan debus untuk melawan penjajah.

Pada masa Sultan Agung Tirtayasa, debus untuk dakwah dan melatih mental prajurit dan menurunkan mental Belanda. Tahun 1949 tentara Inggris (NICA) ke Serang. Hingga terjadi pertempuran dan banyak yang belajar ilmu kebal. Proses tirakat sambil bertempur. Semisal puasa 40 hari, karena saat itu sulit makan, daripada kelaparan, sekalian tirakat.

Standar Demo

Demo Debus yang biasa dilakukan, makan bara api, main golok, kekebalan tubuh, almadad, tusuk jarum, mengerat tangan, berdarah dan sembuh kembali, mengeluarkan binatang dari mulut, menggoreng dengan tangan posisi api dan wajan di atas kepala, dsb.

Debus perlu dikembangkan agar penonton tidak jenuh. Tradisi debus Banten jika saat pentas ada turis (bule), diajak ikut memukul saat atraksi almadad. Semula mereka itu ragu. Pernah ada bule ikut bermain dan hampir pingsan. Walau kulit tidak luka, dia ngeri melihat alat yang dipakai.

Bergantian main itu ibarat bayar hutang. Orang yang menggores, dia juga harus digores, biar nanti  tidak ditagih oleh alam. Ilmu debus jika sudah mandarah daging, insya Allah dapat berfungsi kapan pun.

Untuk mampu ke tingkat itu tidak mudah, selain puasa juga  menjaga dengan salat, menjauhi maksiat dan menjaga doanya. Untuk menjadi pemain debus yang baik, perlu waktu satu dua tahun. Jika dimulai usia remaja, lebih bagus. Bagi yang sudah berumah tangga, sering terkendala karena selama puasa tidak boleh kumpul sama istri.

Di Banten, debus hanya diajarkan bulan Maulid. Namun banyak yang nekat. Karena kebutuhan materi lalu mendirikan kesenian debus. Misalnya demo memotong lidah, -yang dipakai lidah kambing- yang ini bisa dipesan di pasar.

Ada yang mengerat kulit hingga darah tampak mengucur,  namun itu pakai pewarna, diletakkan dibalik baju atau dioles pada senjatanya. Ada juga yang mengaku jawara dan  menyatut nama Banten.

Pernah ada pertanyaan, benarkah ilmu debus hanya dapat dikuasai maksimal jika yang belajar itu masih berdarah Banten? Ada  berpendapat demikian karena mereka yakin, kesenian debus itu warisan leluhur Banten, dan secara historis ada ikatan batin antara yang menciptakan dengan anak cucunya.

Untuk menjalin ikatan batin itu, pemain debus selesai salat  mengirim Alfatihah untuk Sultan Hasanudin dan Sunan Gunung Jati, sebagai ucapan terima kasih, juga mengharap berkah ilmu  Sultan Hasanudin bisa mengiringi setiap bermain debus.

Tradisi ini untuk “menghadirkan” ilmu Sultan Hasanudin. Hadirnya getaran ilmu itu dapat dirasakan, dan ditandai adanya rasa tenang, jauh dari perasaan takut, khawatir dan waswas.

Dalam sejarah keilmuan, ilmu debus berasal dari Bagdad, Irak, dari Shultanul Auliya’ Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani, Raja para wali. Saat memainkan almadad dimulai dari amalan yang diucapkan.

Ini  menunjukkan, debus berasal dari tarekat Qadiriyah dan dapat  diamalkan siapa saja, sepanjang dia menjalankan ajaran agama,  menjalani tirakat, dan aturan yang berlaku dikalangan debus.

Jika ingin bermain debus yang asli, setiap satu ilmu “dibeli” dengan tirakat. Ada yang puasa satu hari, tujuh hari, ada yang 40 hari. Untuk kebal dari tusukan almadad, puasa 40 hari.

Begitu juga jika ingin agar mampu tahan gores senjata tajam, bara api, atau memulihkan luka dalam waktu singkat, tirakatnya berat, puasanya 40 hari. Generasi sekarang, kuat? (habis)

Masruri, penulis buku, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati