Foto bersama usai acara bedah buku "Hitam Putih Ganjar" jejak kepemimpinan Ganjar Pranowo yang digagas alumni muda dan akademisi Undip, Unnes, dan UNS yang berjejaring dalam Pena Mas Ganjar. Foto: Dok/Pena Mas Ganjar

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dosen Fakultas Hukum dan Ilmu Komunikasi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Benediktus Danang Setianto menilai selama kepemimpinan dua periode di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo merupakan gubernur yang memiliki integritas tinggi.

Hal ini diungkapnya saat mengulas buku “Hitam Putih Ganjar” jejak kepemimpinan Ganjar Pranowo yang digagas alumni muda dan akademisi Undip, Unnes, dan UNS yang berjejaring dalam Pena Mas Ganjar pada Minggu (15/10/23) malam, di Cafe Babe Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Ia menjelaskan sikap integritas Ganjar Pranowo dipertahankan untuk mengedepankan kepentingan rakyat dan gerak cepat kepada penyelewengan. “Kalau kita melihat jejak recordnya selama sepuluh tahun selama memimpin Jawa Tengah ya. Integritas itu akan sangat kelihatan. Pertama Pak Ganjar sendiri terkenal mendapatkan banyak penghargaan untuk sikapnya tidak koruptif,” kata dia.

Menurutnya, upaya gerak cepat terhadap penyelewengan ditunjukkan Ganjar salah satunya menyetop praktik korupsi. Ia memecat kepala dinas karena dinilai melakukan korupsi.

“Dan kasus ketika ada sekolah yang memungut uang diluar yang seharusnya itu sudah sangat kelihatan kenapa pak Ganjar bener-bener orang yang berintegritas terhadap prinsip-prinsip yang dipegangnya selama ini,” jelas dia.

Di sisi lain, lanjutnya, Ganjar menjunjung tinggi prinsip kepemimpinan dan memiliki lima pokok karya meliputi menjaga gotong-royong warga dengan program seperti Jogo Tonggo, menelurkan gebrakan renovasi birokrasi untuk mengubah kultur pemerintah Provinsi menjadi birokrasi yang antikorupsi.

Selain itu menjaga nilai-nilai Pancasila, kebhinekaan, dan NKRI dalam kehidupan masyarakat Jateng. Pesatnya pembangunan infrastruktur di Jateng, serta memprioritaskan pembangunan SDM di Jateng mulai dari program pengentasan kemiskinan hingga pendidikan gratis SMKN Jateng berbasis boarding school.

“Saya rasa semuanya masih relevan gitu ya. Hal-hal semacam itulah yang menurut saya apa yang dilakukan selama sepuluh tahun di Jawa Tengah ini tidak hanya perlu di upskilll kan, diperluas, direproduksi tempat-tempat yang lain, tetapi juga sekaligus harus menjadi gerakan yang memang bisa dinaikkan skalanya menjadi nasional,” ungkap dia.

Rekam jejak dan pengalaman yang lengkap, pemimpin berjiwa muda, dan dekat dengan semua kalangan termasuk milenial menjadi bekal bagi Ganjar Pranowo untuk bisa memahami rakyat dan mengatasi berbagai problematika nasional hingga mancanegara di masa mendatang.

“Saya membayangkan kalau yang memimpin negara kita itu orang yang terlalu jauh usianya akan sangat kesulitan. Lalu yang kedua juga kalau yang memimpin Indonesia itu mungkin usianya tidak terlalu jauh, tetapi track record nya tidak teRlalu baik, dia akan kesulitan juga. Maka ya memang yang semacam itulah yang dibutuhkan Indonesia di masa depan,” tuturnya.

Sementara itu Koordinator Pusat Pena Mas Ganjar, Reza Abdurrakhman menjelaskan, buku setebal 398 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas itu memuat rekam jejak, inovasi, dan prinsip-prinsip dari mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

“Hari ini kita berada di lingkungan Universitas Negeri Semarang, tujuannya untuk membedah buku Hitam Putih Ganjar Pranowo, rekam jejak kepemimpinan selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah,” kata Reza.

Ning S