blank
Tifany Rizqika Annisa’
blank
Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd.

Oleh : Tifany Rizqika Annisa’, Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd.

Memang benar, pekerjaan yang sangat penting adalah mengajar. Sebab  guru  mempunyai kekuatan membentuk kepribadian dan membekali siswa dengan pengetahuan praktis. Oleh karena itu, tanggung jawab dan fungsi seorang guru sangatlah luar biasa. Selain menyampaikan informasi kepada anak-anak yang mereka didik, guru juga berperan sebagai panutan terbaik.

Kemampuan belajar secara bebas dalam pembelajaran kurikulum merdeka, belajar memerlukan kemampuan berpikir bebas. Namun pengajar harus menjadi yang utama dalam proses ini. Banyaknya tanggung jawab yang diemban instruktur dalam proses pembelajaran diperkuat dengan penerapan kebijakan pembelajaran otonom.

Dengan kata lain, gagasan belajar mandiri mengurangi beban para pendidik yang sudah bergelut dengan administrasi pendidikan agar lebih mandiri dalam melaksanakan dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Untuk membantu siswa mengembangkan kompetensi yang diharapkan, guru memainkan berbagai peran dalam perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

Menurut sejumlah sumber, peran guru dapat dikatakan penting dalam penerapan kebijakan merdeka belajar. Semua ini mengharuskan pengajar menjadi kreatif dan sadar akan tempatnya dalam kelompok siswa. Segala tindakan atau ketiadaan tindakan guru ketika menyampaikan pengetahuan, memberikan instruksi, atau memberikan wawasan kepada siswa merupakan peran guru.

Dalam kurikulum merdeka suatu pembelajaran, pengajar harus memenuhi peran yang pertama yaitu guru sebagai pendidik. Dalam perannya sebagai pendidik, guru tidak hanya harus menyampaikan pengetahuan yang telah mereka pelajari kepada murid-muridnya, tetapi juga berupaya membentuk moral dan kepribadian mereka untuk membantu mereka mengembangkan kecerdasan yang lebih matang (intelektual, emosional, dan spiritual), serta pendidikan kapasitas untuk bertanggung jawab.

Kedua, guru sebagai pengajar dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa. Dalam keadaan ini, pendidik secara aktif mengambil peran memberikan informasi instruksional kepada siswa. Sebaliknya, siswa secara pasif menerima informasi pembelajaran yang ditawarkan sehingga membuat proses pengajaran menjadi monoton.

Pada kenyataannya, tugas guru sebagai pengajar melibatkan lebih dari sekedar menyebarkan pengetahuan. Masih terdapat berbagai tugas yang harus diselesaikan guru agar proses pengajaran dapat efektif dan efisien. Pengajar adalah suatu tindakan terencana yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan proses pembelajaran sejalan dengan strategi yang ditentukan untuk mencapai tujuan instruksional.

Ketiga, guru sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing, guru diharapkan dapat mengenali siswa yang mungkin mengalami tantangan belajar, melakukan diagnosa dan prognosis, dan, jika masih dalam lingkupnya, membantu menyelesaikannya (pengajaran remedial).

Guru bekerja untuk membantu siswa mengungkap banyak potensi yang mereka miliki, untuk membantu mereka menyelesaikan tanggung jawab perkembangan mereka, dan untuk membantu siswa  mencapai tujuan sehingga mereka dapat menjadi dewasa dan menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan berguna.

Keempat, guru sebagai pelatih. Dalam situasi ini, peran guru sebagai pelatih menunjukkan bahwa pengajar mempunyai kemampuan, khususnya yang diperlukan untuk menjadi seorang pendidik yang profesional.

Mengenai guru sebagai pelatih, tanggung jawab dan peran mereka termasuk membantu siswa tumbuh dengan mempengaruhi, memimpin, menginspirasi, dan mendorong mereka untuk bertindak atau berperilaku dengan cara yang memajukan tujuan kegiatan yang termasuk dalam proses belajar mengajar.

Dan yang terakhir, guru sebagai katalis kreativitas berfungsi sebagai katalisator kreativitas, membantu siswa dalam melakukan perubahan dan mengidentifikasi kemampuan, dan kelebihannya. Guru berperan sebagai pembimbing, membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian, karakter emosi, komponen intelektualnya sekaligus menggali dan memaksimalkan potensi yang dimiliki setiap siswa.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran kurikulum merdeka belajar akan mengembalikan kemandirian guru dan siswa yang selama ini seolah hilang dan terkekang oleh peraturan dan kurikulum yang terpusat.

Untuk menjadi kekuatan pendidikan yang terlokalisir, merdeka belajar juga memberikan kesempatan kepada pengajar dan peserta didik untuk menggali seluruh potensi sumber daya manusia (SDM), potensi budaya, dan potensi alam yang ada di daerah.

Guru harus mampu menerima perubahan, menguasai informasi, bakat, keterampilan, dan keyakinan agar dapat menggunakan kurikulum baru atau kurikulum otonom. Pembelajaran hendaknya mengarah pada penguasaan materi pelajaran, sesuai dengan kebijakan kurikuler.

Merdeka Belajar dimaksudkan untuk memberi siswa ruang untuk memutuskan bagaimana perasaan mereka terhadap keputusan mereka sendiri, sementara guru dapat mendiversifikasi pembelajaran dan memberikan rangsangan kepada siswa untuk membantu mereka mengambil sikap yang mereka sukai.

Penulis adalah Mahasiswa PGSD UNNES dan  Dosen PGSD FIPP UNNES