blank
Tim PkM dosen Kimia FMIPA Unnes foto bersama seusai memberikan pendampingan analisis kurikulum berdiferensiasi bagi guru Kimia MGMP Kota Semarang di SMAN 3 Semarang, baru-baru ini.

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Untuk menambah wawasan guru-guru Kimia tentang Pembelajaran Berdiferensiasi, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dosen Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang (Unnes) memberikan pendampingan analisis kurikulum berdiferensiasi bagi guru Kimia MGMP Kota Semarang, baru-baru ini.

Kegiatan dilakukan di SMAN 3 Semarang dan SMAN 1 Semarang selaku mitra pengabdian.

Kegiatan yang dibuka Kepala SMAN 3 Semarang Drs Yuwana MKom itu dihadiri Ketua MGMP Wiwik Indah K MPd.

Yuwana mengatakan, kegiatan tersebut sangat membantu menambah wawasan bagi guru-guru Kimia. Apalagi Kurikulum Merdeka dan Pembelajaran Berdiferensiasi masih relatif baru, dan belum banyak sumber pakem yang dapat dijadikan referensi.

”Pembelajaran berdiferensiasi di Indonesia mulai diterapkan dengan mengintegrasikan keberagaman ke dalam modul ajar,” ujarnya.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan ketua MGMP sekaligus sebagai instruktur guru penggerak ditemukan pengetahuan guru terkait kurikulum berdiferensiasi masih 10%.

Oleh karena itu, diperlukan pendampingan untuk menganalisis, menyiapkan, dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Tim PkM terdiri atas Prof Dr Sri Haryani MSi, Prof Dr Sri Wardani MSi, Dr Endang Susilaningsih, Drs Eko Budi Susatya, Cepi Kurniawan PhD, dan Dr Agung Tri Prasetya MSi.

Selain itu kegiatan pengabdian juga melibatkan 3 mahasiswa Kimia Unnes yaitu Reyke First Safitri, Siti Nur Ziadah, dan Lia Anggreini.

Menurut Prof Haryani, bentuk kegiatan pendampingan yang dilakukan meliputi Focus Group Discussion untuk menginventarisasi materi Kimia yang dianggap sulit baik secara materi ataupun dalam hal mengajarkan.

Selain itu juga diskusi dan tanya jawab urutan dan kedalaman materi Kimia tertentu hasil FGD, workshop menganalisis CP, TP, dan ATP, workshop mempersiapkan kebutuhan pembelajaran berdeferensiasi dari aspek konten, proses, maupun produk, workshop penyusunan perangkat pembelajaran, dan pengumpulan semua soal hasil perangkat pembelajaran untuk dijadikan buku ber ISBN.

”Melalui pendampingan tersebut para guru Kimia, diharapkan dapat mengembangkan dan mengimplementasikan proses pembelajaran yang lebih menarik khusunya dalam memfasilitasi minat dan gaya belajar murid, sehingga murid termotivasi dan semangat dalam mengikuti pembelajaran,” ujarnya.

Materi pelatihan meliputi pembelajaran berdiferensiasi pada materi Kimia, miskonsespsi Kimia di SMA, penyusunan media pembelajaran yang baik serta penerapan TPACK dalam pembelajaran.

Beberapa materi yang disampaikan tersebut ditujukan untuk membangun peran aktif guru dalam menyiapkan pembelajaran.

”Kami berharap, melalui kegiatan ini para siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran dan aktif dalam kegiatan di kelas,” ungkapnya.

Dia menambahkan, kegiatan tersebut menjadi permulaan adanya kerja sama yang lebih intensif antara akademisi di perguruan tinggi dan guru-guru di sekolah. Kerja sama yang baik dan efektif antara sekolah dan perguruan tinggi akan menyinkronkan teori dan praktik pembelajaran dengan efektif pula.

”Bagi dosen dan akademisi perguruan tinggi, termasuk mahasiswa calon guru, ketika melakukan penelitian dan mengembangkan teori dapat lebih aplikatif karena akan mengetahui keadaaan di lapangan. Di sisi lain, guru di sekolah akan mendapatkan pembaharuan pengetahuan sehingga ketika mengajar dapat melakukan berbagai variasi dan mengikuti perkembangan zaman,” tandasnya.

Muhaimin