MAGELANG (SUARABARU.ID) – Pemkot Magelang ingin mempertahankan predikat sebagai Kota Toleran dan meningkatkan Indeks Kota Toleran (IKT) tahun 2023.
Wali Kota Magelang dr. Muchamad Nur Aziz beserta jajarannya berkomitmen dengan berbagai upaya agar toleransi tetap terjaga di tengah masyarakat yang multikultural.
Menurut SETARA Institute, tahun 2021 ini Kota Magelang berada di peringkat 6 Kota Toleran di Indonesia. Selanjutnya, kota ini berada di peringkat 10 nasional tahun 2022.
‘’Kita memang akan lebih memasifkan, walaupun sebelumnya sempat ada salah paham soal Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Cerdas tingkat SMP tahun lalu yang disebut ada peristiwa intoleran. Tapi sebetulnya itu tidak terjadi. Karena semua agama diberi kesempatan yang sama dan itu ada juknisnya,” terang Dokter Aziz usai memberikan pengarahan Kepala Sekolah se-Kota Magelang di Pendapa Pengabdian, Kamis (10/8).
Dokter spesialis penyakit dalam itu menjelaskan, toleransi adalah sikap yang sudah terbentuk masyarakat Kota Magelang sejak dahulu. Maka toleransi antarsesama harus terus ditumbuhkan sejak dini. Dia mencetuskan sekolah kebhinekaan yang akan diterapkan di sekolah-sekolah di Kota Magelang.
‘’(Tentang toleransi) kita coba masukkan ke pendidikan. Di tahun ini kita lebih belajar tentang sekolah kebhinekaan. Mungkin nanti dengan Perwal, itu kita akan coba susun,’’ ujarnya.
Lebih lanjut, pihaknya akan intensif memberikan sosialisasi tentang pentingnya toleransi pada masyarakat, termasuk di sekolah-sekolah berbasis keagamaan.
‘’Saya akan ke Sekolah Bhakti Tunas Harapan (SBTH) Magelang, untuk sharing dan memberikan materi di sana. Kemudian juga di sekolah yang berbasis keagamaan, yang akan kita dorong agar tahu bahwa di luar itu ada agama dan kepercayaan lain. Itu yang kita tekankan,’’ tegasnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang, Imam Baihaqi menambahkan, selama ini pihaknya telah menjalan program-program pembentukan karakter anak. Diantaranya adalah pendidikan keagamaan. Oleh karena itu dia optimistis sekolah kebhinekaan dapat diterapkan di sekolah-sekolah di wilayah ini.
‘’Di setiap sekolah sudah ada kegiatan yang mengakomodir sesuai agama masing-masing. Kita tidak menyisihkan. Misalnya ketika ada kegiatan agama Islam, kemudian agama lain disisihkan, tidak seperti itu,’’ tuturnya.
Bahkan, lanjutnya, tahun ini Indeks Iklim Kebhinekaan Sekolah Kota Magelang peringkat 1 se-Jawa Tengah. Indeks Kebhinekaan adalah satu indikator dalam Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), disamping literasi, numerasi dan indeks lainnya.
‘’Jadi ada survei di sekolah-sekolah, bagaimana wujud toleransi siswa terhadap teman-temannya. Kita dapat nomer 1 artinya toleransi di sekolah kita sudah bagus,’’ ucapnya.
Anggota Komisi C DPRD Kota Magelang Y Ig Marjinu menyatakan, secara umum PPDB di Kota Magelang tahun 2023/2024 sudah bagus, baik SD sampai SMP. Dia pun meminta agar dipertahankan pada PPDB di tahun-tahun berikutnya.
‘’Untuk PPDB tahun ini sudah bagus, dan semua untuk SMP dan SD. Kalau kemarin itu hanya terfokus pada satu sekolah, yang lain tidak. Kalau sekarang sudah diperbaharui, sudah baik pelaksanaanya, bagus pokoknya harus dipertahankan. Sehingga Kota Magelang sebagai Kota Toleransi bisa dipertahankan,’’ tandasnya.
Ketua Satgas Kota Toleran Kota Magelang, Catur Adi Subagyo mengutarakan, proses toleransi di Kota Magelang sudah tumbuh dan berkembang secara alami sejak dahulu. Pihaknya meminta pejabat kunci dan stakeholder untuk mendukung agar IKT Kota Magelang meningkat.
Dalam paparannya, Catur menyebutkan, ada 4 variabel yang menentukan IKT. Yakni regulasi pemerintah kota, tindakan pemerintah, regulasi sosial, dan demografi agama.
Sedangkan indikatornya ada 8 poin, yakni RPJMD dan produk hukum pendukung, kebijakan diskriminatif, pernyataan pejabat kunci tentang peristiwa intoleransi, tindakan nyata terkait peristiwa.
Kemudian, adanya peristiwa intoleransi, dinamika masyarakat sipil, heterogensi keagamaan penduduk dan inklusi sosial keagamaan. (pemkotmgl)