REMBANG (SUARABARU.ID) – PT Semen Gresik berkomitmen menjalankan berbagai aktivitas perusahaan secara berkelanjutan, ramah lingkungan dan sesuai dengan regulasi pemerintah.
Salah satu wujud komitmen itu dengan menjaga kualitas udara di lingkup perusahaan maupun desa-desa sekitar baik wilayah Kabupaten Rembang maupun Blora.
Senior Manager of Communication & CSR PT Semen Gresik, Dharma Sunyata, mengatakan sejak awal pembangunan, Pabrik Rembang didesain ramah lingkungan dan paling efisien di kawasan Asia Tenggara.
Berbagai teknologi mutakhir dalam dunia bisnis persemenan diterapkan. Salah satunya yakni bag filter atau fabric filter yang sangat efektif dalam menangkap debu.
Menurut Dharma, hasil pengukuran yang dilakukan oleh lembaga independent yang sudah tersertifikasi Kementerian LHK menunjukkan jika kualitas udara di kawasan pabrik semen dan desa- desa di sekitarnya tetap terjaga. Sebab, emisi debu yg tercatat di bawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
“Proses pengukuran kualitas udara dilakukan di sejumlah titik pada lingkup pabrik selama dua triwulan atau semester pertama tahun 2023. Sebagai sampel nilai pengukuran udara ambien di desa Tegaldowo Kabupaten Rembang menunjukkan angka emisi debu tercatat antara 19,95 mg/Nm3 dari nilai ambang batas 230 mg/Nm3,” jelasnya.
Tak hanya itu, hasil pengukuran debu jatuhan dan ambien area desa-desa sekitar perusahaan juga menunjukkan hasil yang positif.
Proses pengukuran dilakukan di 12 titik, termasuk di 6 desa ring 1 sekitar perusahaan. Hasilnya juga di bawah baku mutu yang telah ditetapkan.
“Pada proses pengukuran emisi dan debu akibat aktivitas operasional equipment di perusahaan sudah dipantau menggunakan alat berupa CEMS (Continues Emission Monitoring System) dan sudah terintegras dengan sistem SISPEK-KLHK, sehingga data terpantau secara real time dan dipantau oleh Kementerian LHK,” terangnya.
Dalam perencanaan penambangan, PT Semen Gresik selalu mengacu pada desain tambang yang tertuang dalam analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
Untuk meminimalisasi dampak sosial yang dapat ditimbulkan dari operasional tambang, perusahaan telah membangun kawasan green belt (sabuk hijau) selebar 50 meter yang mengelilingi area tambang di Rembang, Jawa Tengah, dengan total lahan mencapai 37 hektare.
“Hal tersebut sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan, hingga saat ini PT Semen Gresik telah mereklamasi lahan pascatambang tanah liat seluas 3 hektare dan lahan pascatambang batu gamping seluas 5,5 hektare. Dengan menanam beragam jenis pohon sebanyak 33.610 pohon, di antaranya jati, mahoni, trembesi, sengon, johar, kesambi, sukun, sawo, nangka, mangga, kelengkeng, hingga pohon bambu,” tandasnya.
Selain itu, PT Semen Gresik juga melibatkan 361 petani yang berasal dari di enam desa sekitar untuk mengelola 119,25 hektar lahan milik Perusahaan yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi.
Selain itu, lanjutnya, dengan pemakaian energi alternatif atau alternative fuel & raw material (AFR), perusahaan telah mengalihkan sebagian besar kebutuhan energinya dari sumber fosil ke sumber energi terbarukan, termasuk tenaga surya dan biomassa.
“Ada sebanyak 30 panel solar cell atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang terpasang dengan kapasitas 14,55 kWp (kilowatt peak). Sedangkan, untuk pengganti substitusi energi panas atau thermal substitution rate (TSR) yang digunakan dalam proses produksi, yakni menggunakan sekam padi, tongkol jagung (bonggol), plastik kemasan, dan limbah kulit,” jelasnya.
Dari berbagai inisiatif strategis dan inovasi dalam kontribusi pada perlindungan lingkungan, perusahaan telah mencatatkan banyak prestasi. Diantaranya berhasil memperoleh penghargaan Industri Hijau 2022 dari Kementerian Perindustrian RI, Penghargaan Proper Hijau 2022 dari Kementerian LHK, dan Apresiasi Terbaik Good Mining Practice (GMP) 2023 dari Dinas ESDM Jawa Tengah.
Wied