WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Ritual topo bisu atau puasa bicara, ternyata tidak hanya digelar di Jogja dan Solo. Warga Wonosobo juga memiliki tradisi topo bisu sebagai rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Wonosobo ke-198.
Dengan mengenakan pakaian adat jawa, sebanyak 40 warga dari Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto membawa obor. Sebagian membawa kendi berisi air dan tempat berisi tanah.
Mereka berjalan menyusuri Jalan Ahmad Yani, tepatnya dari Taman Plaza menuju Pendopo Bupati Wonosobo. Seperti namanya, saat berjalan sekitar 2 kilometer peserta topo bisu ini tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Suasana hening pun terasa setelah lampu penerangan jalan, rumah dan pertokoan sepanjang Jalan Ahmad Yani dan Alun-alun Wonosobo pun dipadamkan.
Air dan tanah yang dibawa dari Desa Plobangan Kecamatan Selomerto ini kemudian diserahkan kepada Bupati Wonosobo di Pendopo Bupati setempat.
“Selama prosesi topo bisu ini kita tidak berbicara selama perjalanan. Hanya berdoa dalam hati memohon keselamatan sambil membawa obor,” kata pemimpin barisan topo bisu Tatag Taufani Anwar.
Air Suci
Selain membawa obor topo bisu juga membawa air suci sampang dan tanah dari makam Ki Ageng Wonosobo di Desa Plobangan. Hal ini dimaksudkan sebagai simbol perpindahan ibukota yang dulunya berada di Desa Plobangan saat ini pindah ke pusat kota Wonosobo.
“Maksud dari tradisi ini sebagai bentuk perpindahan ibukota. Dulu Wonosobo ibu kotanya di Desa Plobangan. Makanya membawa tanah dan air. Atau siti batala dan air suci,” jelasnya.
Sementara itu, Kelapa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Wonosobo Agus Wibowo menyampaikan, air dari Desa Plobangan kemudian disatukan dengan air dari 6 mata air di Wonosobo. Air ini akan disiramkan ke 4 arah mata angin di Alun-alun Wonosobo.
“Tradisi topo bisu ini salah satu dari rangkaian acara peringatan hari jadi Kabupaten Wonosobo ke-198. Jadi dulu Ibu Kota Wonosobo ada di Plobangan. Ini sebagai perpindahan Ibu Kota. Dan air yang dibawa dicampur dengan air dari 6 mata air. Kemudian akan disiramkan ke 4 arah mata angin,” paparnya.
Muharno Zarka