Ketua Gapoktan Tani Makmur, Bambang Setiyadi, Camat Selogiri, Sigit Purwanto, CEO INDICO, Andi Kristianto, Wakil Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno, VP Consumer Sales Telkomsel Area Jawa Bali, Riny Novitriyanti, dan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, mengangkat padi sebagai tanda keberhasilan panen padi menggunakan digitalisasi pertanian yang dilakukan INDICO di Wonogiri, Senin (26/6/2023). (foto HP)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – INDICO, anak perusahaan Telkomsel yang berfokus pada pengembangan ekosistem digital, menuai hasil perdana pada penerapan solusi digital contract farming di sektor teknologi pertanian (agritech).

Melalui platform Digital Food Ecosystem (DFE), INDICO dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Makmur di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, berhasil meraih hasil panen sebanyak 200 ton gabah padi dari 40 hektar lahan sawah.

CEO INDICO, Andi Kristianto, mengatakan, keberhasilan penerapan digitalisasi pertanian tersebut membantu sekitar 50 petani dalam menghasilkan komoditas pertanian yang lebih berkualitas sekaligus meningkatkan nilai komersial hasil pertanian mereka.

“Kami senang bisa turut berkontribusi dalam menghasilkan kualitas gabah yang lebih sehat melalui penerapan teknologi Telkomsel Internet of Things atau IoT dan digitalisasi pertanian dalam budidaya pertanian yang dilakukan tiga bulan terakhir,” katanya saat mengikuti giat panen raya di Wonogiri, Senin (26/6/2023).

Di samping itu, dirinya menjelaskan, melalui mekanisme digital contract farming, pihaknya juga membantu petani untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih baik dari penjualan hasil panen tersebut.

“Upaya kami dalam pilot project ini menjadi langkah awal strategis dalam memberdayakan sektor agritech yang akan meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional,” katanya.

Digital contract farming mengkombinasikan metode pertanian presisi melalui digitalisasi pertanian dengan jaminan bagi petani untuk memastikan hasil panen terserap dengan harga jual yang lebih tinggi daripada harga pasar.

Ada pun digitalisasi pertanian yang INDICO lakukan mulai dari tahap persiapan lahan sampai proses budidaya tanaman meliputi pemanfaatan sensor IoT untuk mengukur kadar Nitrogen, Fosfor, dan Kalium dalam tanah.

Selain itu digunakan pula teknologi drone untuk penyiraman lahan menggunakan pupuk dan pestisida, dan aplikasi my.dfe.farm untuk mencatat perkembangan proses budidaya.

“Dalam menjalankan seluruh prosedur operasional aktivitas budidaya tersebut, petani dipandu dan didampingi oleh agronomis berpengalaman,” katanya.

Metode pertanian presisi dalam digital contract farming yang INDICO implementasikan bersama Gapoktan Tani Makmur menghasilkan gabah padi dengan jumlah rata-rata per ubinnya lebih tinggi sekitar delapan persen dibandingkan hasil panen tanpa metode pertanian presisi.

Selanjutnya dari hasil panen tersebut kemudian akan disalurkan melalui mitra INDICO untuk pemasaran dan penjualan lebih lanjut.

Pada musim tanam yang dimulai pada April 2023, petani yang bergabung dalam digital contract farming sempat mengalami kekurangan pasokan air untuk penyiraman lahan.

Bersama petani, INDICO mengidentifikasi kendala tersebut dan membangun sumur irigasi sebagai solusi. Hasilnya petani bisa melakukan panen padi sesuai waktu yang telah diprediksi sebelumnya.

Sebagai mengantisipasi terjadinya kondisi serupa di masa mendatang, Telkomsel sebagai induk usaha INDICO berinisiatif memberikan bantuan sumur irigasi kepada Gapoktan Tani Makmur yang akan dibangun dalam waktu dekat.

“Sebagai leading digital telco, Telkomsel secara konsisten terus membuka semua peluang dalam menciptakan nilai bernilai tambah bagi kemajuan masyarakat dengan mengakselerasi pertumbuhan ekosistem digital Indonesia,” kata Direktur Utama Telkomsel, Hendri Mulya Syam.

Melalui pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) Soil Sensor & Precision Farm Management System dari Telkomsel dan kolaborasi dengan mitra dan stakeholders, INDICO sebagai anak usaha Telkomsel yang kini mengusung solusi DFE telah membuktikan kapabilitas digitalnya dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian Gapoktan Tani Makmur di Wonogiri.

Dengan solusi pertanian presisi berbasis teknologi digital yang mencakup keseluruhan proses on-farm ke off-farm, pihaknya berharap DFE dapat terus memperluas kontribusi digitalisasi untuk pemberdayaan petani, dengan konsisten mendampingi bagi petani hingga proses pascapanen, membuka akses pasar, serta memperluas cakupan lahan yang digarap.

“Semoga ke depan, sinergi Telkomsel dan INDICO melalui DFE semakin memperkuat ekosistem digital yang lebih inklusif, serta mengakselerasi pertumbuhan perekonomian bangsa, terutama bagi masyarakat petani secara berkelanjutan,” katanya.

Sementara itu, Wakil Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno, menyambut baik inisiatif Telkomsel dan INDICO dalam membantu petani di Kabupaten Wonogiri. Dirinya berterima kasih kepada Telkomsel dan INDICO yang sudah menghadirkan solusi bagi petani untuk bisa meningkatkan kualitas hasil pertanian sekaligus kesejahteraan petani.

“Kami berharap semakin banyak petani di Kabupaten Wonogiri yang memperoleh manfaat dari kehadiran platform DFE,” jelas Setyo.

Dirinya mengungkapkan, keberhasilan panen hasil pertanian ditentukan oleh banyak faktor yang tidak bisa dikontrol petani, terutama harga jual yang tidak bisa diprediksi. Digital contract farming membuat petani bisa mendapatkan jaminan harga jual yang lebih tinggi rata-rata sekitar 20% dari harga pasar.

“Kepastian inilah yang petani butuhkan agar tetap bisa menjalankan budidaya pertanian di setiap musim tanam dengan lebih tenang. Terima kasih, Telkomsel dan INDICO,” ungkap Bambang Setiyadi, Ketua Gapoktan Tani Makmur Kecamatan Selogiri, Wonogiri.

Ke depan, melalui platform DFE, INDICO berencana memperluas lahan untuk implementasi solusi on-farm menjadi 1.000 hektar di wilayah Jawa Tengah hingga akhir tahun ini.

Untuk mengembangkan platform DFE, nantinya INDICO akan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait, seperti penyedia sarana produksi (saprodi), pemerintah daerah, institusi akademik dan pusat penelitian, serta startup agritech lainnya.

Hery Priyono