“Kalau menilik sejarah kita kembali tempo dulu mengangkut kayu kita pakai tenaga manusia,  makanya kami memberdayakan masyarakat sekitar sekaligus memelihara kearifan lokal,” kata  Sudartomo.

Salah satu sopir angkut Truk kayu, Sakijan, mengatakan bahwa dengan memberdayakan masyarakat setempat di TPK Perhutani telah memberikan lapangan kerja bagi warga sekitar yang nota bene pencari rencek di hutan kini beralih menjadi juru angkut kayu.

Pihak konsumen juga sangat terlayani dengan baik mereka bekerja dengan tanpa membedakan pengusaha bermodal kecil maupun bermodal besar,” ucap Sakijan.

Disela sela istirahatnya seorang pekerja angkut Kayu, Sejati merasa senang dapat kerja di area TPK Medang Blora sambil ikut memantau pengamanan pada waktu malam hari. Penghasilan dari hasil angkut kayu cukup untuk kebutuhan keluarga. Tetapi kadang kalau pas lagi sepi hasilnya hanya cukup buat makan saja.

“Lumayan, kalau pas banyak order kadang sampai sore hari mas. Kadang kadang hari minggu pun kita kerja,” ujar  Sejati.

Untuk diketahui, kira-kira tahun  1980-an  Perhutani pernah menggunakan alat berat untuk menaikkan kayu-kayu di kapling  ke dalam truk pengangkut. Karena dari sisi perawatan cukup mahal.

Di sisi lain Perhutani ingin  memberdayakan masyarakat sekitar TPK untuk ikut bekerja, maka sejak paga tahun 1990-an Perhutani tak lagi menggunakan alat berat, karena pertimbangan prinsip ekonomi.

Kudnadi Saputro