blank

SUARABARU.ID Tidak terasa dalam lima hari lagi umat muslim akan memasuki bulan Ramadhan. Ustad Dr Nur’l Yakin Mch SH MHum dalam khutbahnya Jum’at (17/3/2023) mengingatkan para jamaah yang masih memiliki tanggungan hutang kepada Allah agar segera ditunaikan. “Ramadhan adalah bulan yang istimewa. Karena setiap apa yang kita lakukan akan mendapatkan ganjaran minimal 10 pahala. Setiap kebaikan yang kita lakukan minimal kita akan mendapatkan 10 kebaikan,” ungkapnya di masjid Abu Bakar Assegaf kampus Unissula.

Pihaknya juga menceritakan kisah seorang yang sangat kuat beribadah. “Dari Ibnu Abas berkisah, suatu saat Nabi Muhammad bercerita tentang seseorang yang bernama Sam’un. Hidupnya hampir setiap hari dia mengangkat senjata, untuk melawan kemungkaran, dan malam harinya ia selalu beribadah kepada Allah SWT selama 83 tahun. Kebetulan umurnya sampai 100 tahun,” paparnya.

Dari kisah tersebut para sahabat menginginkan amal yang sama sehingga bisa setara dengan amalan Sam’un. “Kemudian Nabi Muhammad berdo’a kepada Allah bagaimana umatnya yang berumur lebih pendek bisa memperoleh keutamaan tersebut. Maka turunlah wahyu tentang malam lailatul qodar.  Barangsiapa yang memperoleh malam itu maka nilainya setara dengan 1.000 bulan lebih atau 83 tahun lebih,” jelasnya.

Dengan percepatan nilai ini maka bisa kita hitung. Kalau satu kali mendapatkan malam lailatul qodar setara dengan 83 tahun, maka kalau mendapatkan 10 kali malam lailatul qodar maka bisa mencapai 830 tahun. “Dari situ kemudian Rasulullah selalu menganjurkan bagaimana momen lailatul qodar jangan sampai kita lewatkan begitu saja. Jangan sampai kita lewatkan untuk begadang. Monggo hal-hal yang tidak bermanfaat, hal yang tidak menunjang pahala puasa Ramadhan untuk ditinggalkan,” lanjutnya.

Selanjutnya dirinya juga mengingatkan untuk mempersiapkan tubuh yang sehat jasmani dan rohani. Sebagaimana hadist Nabi yang menyatakan bahwa barangsiapa yang memasuki bulan Ramadhan dalam keadaan bahagia maka Allah haramkan jasadnya masuk neraka. “Maka puasa itu tidak hanya meninggalkan makan dan minum. Sesungguhnya puasa itu juga meninggalkan perkara yang mubadzir. Karena betapa banyak orang yang berpuasa itu hanya mendapatkan lapar dan dahaga, karena selama puasanya ia melakukan ghibah, melakukan kemaksiatan,” lanjutnya.