blank
Rektor dan dosen UKSW memperagakan busana dengan kolase desain kain dari seluruh nusantara. Foto: Dok/UKSW

SALATIGA (SUARABARU.ID) – Puluhan mahasiswa dan model profesional berlenggak-lenggok di atas catwalk dalam acara Gelar Inovasi Harmoni Nusantara Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

Kegiatan yang berlangsung di halaman depan UKSW ini para model mengenakan busana batik hasil karya inovasi Program Matching Fund (MF) Kedaireka Batik-Tenun. Mereka memperagakan gaya dan ekspresi yang memukau.

Kegiatan dibagi menjadi 4 sesi, yakni fashion show menampilkan 6 mini collection batik yang terdiri atas 30 look dari 44 look fashion hasil inovasi yang diinisiasi UKSW atas kolaborasi dengan Universitas Bina Nusantara, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Sebelas Maret, serta 120 Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) batik, dan 60 DUDI tenun sebagai penerima manfaat langsung.

Ketua Program MF Kedaireka, Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga., M.Si., mengungkapkan, kegiatan ini digunakan sebagai sarana membagikan karya kreatif millennial batik dan tenun ecofashion kepada civitas UKSW, juga para milenial dan masyarakat pada umumnya.

Menurutnya, luaran MF Kedaireka yang dihasilkan pada tahun 2022 ini telah meluncur BaTeCH: Batik-Tenun Creative HUB yang merupakan Pusat Unggulan Inovasi Batik & Tenun Indonesia.

“Kegiatan ini sekaligus sebagai ruang dialog untuk mengajak anak muda sebagai pelopor dalam menggunakan dan mempromosikan batik dan tenun ecofashion kepada masyarakat Indonesia dan dunia,” ungkap dosen yang mengenakan kain tenun Pahikung Sumba, hasil inovasi MF Kedaireka.

Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga juga menyatakan, apa yang dihasilkan sejalan dengan visi entrepreneurship research university UKSW, yaitu anak muda memiliki ide-ide kreatif, dan melihat peluang dengan penelitian yang mengarah kepada hilirisasi yang berdaya dampak.

Tampil unik dan menarik, Rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak., yang ikut memperagakan busana dengan kolase desain kain dari seluruh nusantara. Melalui apa yang dikenakannya, Rektor perempuan pertama di UKSW ini menyampaikan pesan, bahwa UKSW adalah kampus Indonesia Mini. “Tetap jaga dan rawat persatuan dan kesatuan Indonesia, dengan mencintai dan menggunakan ornamen etnis nusantara,” ungkapnya.

Lestarikan Budaya

Salah satu mahasiswa, Juliette Heuvel Harlapan yang ikut memamerkan busana batik, mengajak generasi muda untuk meningkatkan kemampuan mereka, sehingga menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

“Tidak hanya itu, generasi muda juga harus ikut melestarikan budaya Indonesia, salah satunya dengan melestarikan kain batik dan tenun,” pesan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (Fiskom) yang meraih juara 1 Duta Generasi Berencana (Genre) Kota Salatiga ini.

Sementara itu pengunjung yang nampak menikmati acara fashion show, Tia Angelina mengungkapkan bahwa kegiatan yang diadakan UKSW sangat menarik. “Disini saya tahu bahwa batik bisa dikreasikan menjadi busana-busana yang tidak monoton dan fashionable,” ujar mahasiswa Fiskom angkatan 2020 ini.

Menurut pengunjung dari masyarakat umum, Saminah mengatakan kegiatan yang diadakan ini sangat apik. “Sangat bagus, UKSW sangat kreatif dalam mengemas acara fashion show dan gelar inovasi ini,” ujar wanita usia lanjut yang berasal dari Salatiga ini.

Selain acara fashion show, kegiatan yang diinisiasi oleh program MF Kedaireka lainnya adalah membatik yang diselenggarakan pada Rabu (22/2/2023). Dalam kegiatan tersebut pengunjung dapat menambah ilmu tentang batik tulis, warna alam dan buatan, batik yang mengusung sustainable fashion tanpa bahan kimia, serta makna motif batik.

Acara gelar Inovasi Harmoni Nusantara hari kedua ini dimeriahkan dengan talk show interaktif, penampilan tarian kontemporer, paduan suara voice UKSW, paduan suara lentera kasih UKSW, dan penampilan stand-up comedy.

Ning Suparningsih