blank
Chusni Ansori, peneliti BRIN meraih doktor geologi dari UGM umat (27/1) dengan predikat Cumlaude.(Foto:SB/BRIN)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Sumberdaya Geologi, BRIN, Ir Chusni Ansori MT, berhasil meraih gelar doktor Teknik Geologi UGM.

Peneliti geologi yang aktif di Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BRIN) Karangsambung Kebumen itu dinyatakan lulus setelah berhasil menjalani ujian terbuka di Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM, Jumat (27/1).

Hebatnya, Chusni Ansori, pria kelahiran Purwokerto 1963 itu meraih gelar S3 Teknik Geologi dengan predikat Cumlaude. Ia mampu meraih gelar doktor geologi UGM selama 3 tahun 4 bulan. Ia menjadi peneliti geologi LIPI (kini BRIN), sejak tamat S1 dan meneruskan S2, di Departemen Teknik Geologi UGM.

Ujian Terbuka Promosi Doktor di Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM itu dipimpin Tim Penguji Dr Ir Sugeng Surjono ST MT IPU ASEAN Eng (Wakil Dekan Fakultas Teknik UGM), dihadiri pula oleh Bupati Kebumen Arif Sugiyanto dan Wakil Bupati Ristawati Purwaningsih.

blank
Usai ujian pomosi doktor di UGM, Chusni Ansori berfoto bersama para penguji dan promotor serta Bupati Kebumen Arif Sugiyanto dan Wakil Bupati Ristawati Purwaningsih.(Foto:SB/BRIN)

Chusni Ansori di hadapan Tim Penguji berhasil mempertahankan disertasi berjudul Analisis Faktor Litologi dan Bentanglahan Terhadap Sebaran Keragaman Situs Budaya Megalitikum –Kolonial, Pada Kawasan Taman Bumi (Geoprak) Karangsambung – Karangbolong dan Sekitarnya, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

“Terdapat tiga pilar utama dalam geopark berupa keragaman geologi, biologi dan budaya dengan tujuan untuk konservasi, edukasi dan pengembangan ekonomi secara berkelanjutan. Keanekaragaman biologi dan keragaman budaya ini bukan sesuatu yang berdiri sendiri namun mempunyai keterkaitan dengan keragaman geologinya,”ujar Chusni Ansori.

Dia menyampaikan sejak 2018 di Kabupaten Kebumen telah terbentuk Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong yang akan dikembangkan menjadi Geopark Global UNESCO. Oleh karena itu, penelitian inter disiplin yang ia lakukan untuk mengetahui pengaruh 7 variabel geologi terhadap sebaran keragaman situs budaya tanjible pada era Megalitikum, Hindu-Budha, Islam dan Kolonial.

Endapan Alluvial

Menurut Chusni, keragaman geologi daerah penelitian telah menghasilkan keragaman budaya dari Era Megalitikum hingga Kolonial. Pengaruh litologi terhadap pembentukan budaya kawasan pada Era Megalitikum sebesar 2,3 persen, Hindu-Budha 11,3 persen, Islam 2,9 persen, dan Kolonial 2,6 persen.

“Endapan alluvial mempunyai persentase sebaran situs paling banyak pada setiap era. Artefak batuan beku yang bersumber dari Formasi Halang meliputi M1, M2, M3, M4, HB2, HB5, HB7, HB9, dan HB12. Sementara artefak dari Formasi Gabon meliputi M5, M8, M9, M10, HB8, HB11, K32, dan K75. Artefak M6 dari F. Bulukuning. Keramik HB6B, HB6C bersumber dari luar Kebumen. Tembikar atau genten atau bata HB39, K39, K50, K58, I21 dari Formasi Halang,”papar dia.

Ia menyimpulkan pada era Megalitikum warisan budaya lumpang batu yang berfungsi sebagai alat pengolahan pertanian tersebar pada endapan alluvial, disekitar pasir besi, ketinggian < 50 m, kelerengan < 7 %, bentang lahan marine (M), jarak sungai < 750 m, daerah akuifer produktif, dan area yang berkorelasi baik – sangat baik. Pada era Hindu-Buddha sebagian besar berupa tempat atau sarana ibadah berada pada endapan alluvial. Kemudian pada era Islam makam atau makom berada pada endapan alluvial. Sedangkan pada era Kolonial, situs yang berfungsi untuk ekonomi, pemerintahan, sekolahan, kesehatan, dan pertahanan mengelompok mengikuti pola sebaran situs pemerintahan di seputar Kebumen, Karanganyar, Gombong, Kutowinangun-Prembun. Komper Wardopo