blank
Nguleg sambal bersama di Sutopati, Kajoran, Kabupaten Magelang, hari ini. Foto: eko

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID) –Pemecahan rekor Muri: Nguleg Bareng Sambal Bawang Putih Nusantara dilakukan di delapan provinsi, hari ini Jumat (2 Desember 2022). Jumlah total 7.659 cobek se-Indonesia, sedangkan di Kabupaten Magelang sebanyak 6.000 cobek.

Secara nasional tersebar di 42 titik. Yakni di wilayah Jateng, Jatim, Jabar, DIY, Lombok Timur, Nusa Tenggara, Jambi dan DKI. Sedangkan di Magelang tersebar di empat titik, yakni di Dusun Karanganyar, Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran. Di Nepal van Java Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Desa
Adipuro (Kaliangkrik) dan Desa Mangli (Kaliangkrik).

Pesertanya adalah anggota kelompok tani. Di Desa Sutopati diselenggarakan di halaman rumah Ketua Gapoktan Kecamatan Kajoran, Tarman. Di meja peserta telah disediakan cobek yang sudah diisi cabai, garam, bawang putih. Disediakan pula nasi jagung dan lalap ketimun, selada, serta kacang panjang. Di meja juga disediakan lauk ikan asin. Usai sambal diuleg kemudian hidangan makanan dimakan bersama-sama.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan, di sela-sela acara itu mengatakan, itu merupakan kegiatan dari Kementerian Pertanian, khususnya Dirjen Hortikultura. Tujuannya untuk menyosialisasikan agar masyarakat mencintai produk Nusantara yakni menggunakan bawang putih lokal. Sebagai upaya untuk menekan inflasi.

Dijelaskan, sentrapengembangan Bawang Putih di Kabupaten Magelang tersebar di Kecamatan Kaliangkrik, Windusari, Kajoran, Sawangan dan Pakis. Jumlah tanamnya 305 hektare, dengan jumlah produksi bulan Oktober 27,2 ton. Dengan rata-rata 6,4 ton per hektare.

Dari jumlah itu sebagian besar digunakan untuk benih. Baik untuk kebutuhan domestik, juga sampai Pasuruhan dan Bali.

blank
Setelah nguleg sambal, hidangan dinikmati bersama. Foto: eko

Menurut dia, masyarakat selama ini sudah terbiasa menggunakan Bawang impor. Melalui kegiatan itu diharapkan masyarakat mau menggunakan produk dalam negeri. “Bawang lokal punya kelebihan lebih aromatik dan harganya relatif lebih murah,” katanya.

Di sisi lain, sinyal dari PBB, tahun 2023 ada potensi akan terjadinya krisis pangan. Sehingga Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang perlu mengawal agar tanaman petani selalu dijaga dan didorong agar tetap produksi, meningkatkan komoditas dan mendorong masyarakat untuk penggunaan lahan guna ditanami komoditas yang bisa digunakan untuk jangka pendek. Itu untuk menekan biaya hidup rumah tangga.

Ketua 1 Tim Penggerak PKK Kabupaten Magelang, Ny Aslimah Edy Cahyana, yang hadir dalam acara tersebut mengapresiasi kegiatan itu. Terutama dalam rangka mengkampanyekan Bawang Putih lokal. Karena banyak warga yang menggunakan Bawan Putih impor. “Maka mulai saat ini pakailah Bawang Putih lokal, yang impor kurang sedap,” katanya.

Dia berharap, mudah-mudahan setelah adanya acara itu petani lebih giat. Apalagi di wilayah Kajoran itu potensial bawang putih. “Sosialisasikan lewat PKK desa masing- masing untuk memakai Bawang Putih lokal. Itu akan memberi manfaat yang luar biasa, baunya juga lebih sedap dibanding impor,” imbuhnya.

Melalui kegiatan itu semoga masyarakat lebih banyak menghasilkan Bawang Putih lokal. Dengan demikian potensi untuk dikonsumsi juga lebih besar.

Eko Priyono