blank
Para juara berfoto bersama seusai penyerahan penghargaan dalam lomba Inovasi Pangan Lokal Berbasis Pangan Fungsional Antarpelajar SMA/SMK/Sederajat Se-Jateng di Gedung Prof Ir Joetata Hardihardaja Universitas Semarang pada 26 November 2022. (Foto:News Pool USM)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Tim SMK Kimia Industri Theresiana berhasil memenangkan lomba Inovasi Pangan Lokal Berbasis Pangan Fungsional Antarpelajar SMA/SMK/Sederajat Se-Jateng di Gedung Prof Ir Joetata Hardihardaja Universitas Semarang pada 26 November 2022.

Pada lomba yang diadakan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang (FTP USM) itu, tim SMK Kimia Industri Theresiana beranggotakan 3 siswa kelas 11, Yohana Putri Ardanta, Natanael Petra Wijaya L dan Leonardus Rio Arkadia N.
Yohana dkk mengajukan makanan khas Korea ”Goguma ppang”, berupa roti yang dibuat kenyal seperti mochi dengan isian ubi jalar.

Kemudian mereka juga menambahkan taburan tepung ubi ungu serta keju spread sebagai filling (isi).

“Goguma ppang ini dibentuk mirip seperti ubi jalar ungu asli yang sudah matang. Kami membuatnya dengan modifikasi bahan baku olahan pangan lokal ubi jalar kuning atau bisa disebut sweet potato, yang dimana olahan mengenai ubi jalar ini masih jarang ditemui,” ujarnya.

Menurutnya, ubi kuning dipilih karena mengandung karbohidrat tinggi dan kandungan gula yang dapat memicu rasa manis dari ubi itu sendiri.

“Kandungan gula dalam ubi ini tidak terlalu tinggi, sehingga aman dan baik untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes,” tuturnya.

Dia menjelaskan, ide olahan ini muncul karena mengikuti mata pelajaran teknologi pengolahan pangan di sekolah mereka.

“Guru mata pelajaran membagi kami per kelompok, lalu kelompok kami mendapatkan tugas untuk mengolah sebuah produk pangan dengan bahan ubi jalar. Ide olahannya dari melihat di youtube lalu kami kembangkan dan kami diskusikan bersama guru. Kami juga telah mengadakan riset terlebih dahulu mengenai produk ini, dengan uji panelis kepada beberapa guru dan siswa di sekolah kami ,” jelasnya.

Dia berharap, pihaknya akan dapat mengembangkan produk ini dengan maksimal sehingga dapat memasarkan.

“Untuk sekarang belum ada niatan untuk dipasarkan karena produk tersebut perlu di ulas sedikit lagi. Akan tetapi, ke depan kemungkinan besar akan saya jual karena peluang penjualannya besar dengan pangsa pasar K-popers millennials,” tandasnya.

Guru pembimbing Yohana dkk, Anastasia Ayu berharap, kemenangan ini menjadi pemicu siswanya agar semakin semangat tentang teknologi pangan.

“Ke depan akan ada inovasi dan pengembangan produk sesuai arahan dari kaprodi kami, terutama project2 individu atau kelompok. Semoga adik kelas mereka bisa lebih punya ide-ide kreatif terutama untuk pengembangan produk pangan. Karena bahan pangan di Indonesia ini masih sangat banyak yang bisa dikembangkan menjadi produk olahan yang unggul,” tandasnya.

Sementara itu untuk kelompok mahasiswa FTP USM, Bismillah Team berhasil menjadi juara. Mereka beranggotakan Dewi Istitho’ Atun M, Evi Windi S dan Winda Wahyuningsih.

Winda mengatakan, Cookies yang biasnya terbuat dari tepung terigu mereka ganti menggunakan tepung talas sehingga menamakan inovasinya menjadi “Coclas”.

“Banyak masyarakat yang memanfaatkan talas hanya sebagai panganan pengganti karbohidrat contohnya talas dinikmati dengan dengan cara direbus. Dari situlah muncul ide membuat cookies berbahan dasar tepung talas,”tuturnya

“Selain itu, nutrisi yang terkandung dalam tepung talas cukup tinggi contohnya rendah kalori dan tinggi serat yang cocok untuk program diet, jadi yang sedang diet bisa nyemil cookies ini tanpa takut berat badan naik,” jelasnya.

Dia berharap, mahasiswa khususnya jurusan teknologi hasil pertanian bisa memanfaatkan potensi pangan lokal yang melimpah di Indonesia menjadi olahan yang digemari masyarakat dan tentunya bernilai gizi tinggi

Dewan Juri, Dr. Ir. Rohadi MP mengatakan, peserta dinilai dari segi presentasi, kreativitas, cita rasa dan penampilan.

“Inovasi yang ditawarkan sudah cukup bagus, tergantung literasi peserta. Ada peserta yang mengadopsi menu dari negara luar namun diinovasikan menggunakan bahan-bahan lokal itu menandakan peserta tersebut memiliki kemampuan literasi yang bagus,” tuturnya.

Menurutnya, hal terpenting dari inovasi pangan adalah cita rasa yang enak, lalu dibarengi manfaatnya untuk kesehatan.

“Sekarang banyak orang menuntut makanan sehat contohnya, rendah kalori, rendah lemak, rendah gula dan masih banyak lagi. Produk inovasi sekarang dituntut lebih menngarah lebih spesifik dengan masih mementingkan masalah kesehatan,” jelasnya.

Dia berharap, para pesera terus mengembangkan kemampuan mereka dalam menginovasi panganan lokal serta regulasi mengenai pangan fungsional di Indonesia semakin jelas.

“Pangan itu seksi. Orang berlatar pendidikan apapun banyak yang masuk ke segmentasi pangan. Kreasi dituntut, inovasi dituntut untuk menghasilkan pangan yang enak, menyehatkan serta memiliki tampilan yang menarik,”

Juri kedua, M Ali Shodiqi STP mengatakan, masih banyak yang perlu diperbaiki dari inovasi-inovasi peserta.
“Inovasi yang dibawakan sudah cukup menarik, namun dari segi tampilan dan rasa masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi,” ujarnya.
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Prof. Dr. Ir. Haslina MSi mengatakan, perlu adanya evaluasi untuk para peserta karena ketertarikan mereka pada inovasi pangan lokal sudah muncul dan cukup bagus.

“Kreativitas para peserta sudah lumayan bagus. Ini menunjukkan mereka telah tertarik berinovasi pada pangan lokal,” ungkapnya.

Muhaimin