blank
Anggota Polda Jateng dan Polresta Magelang berada di depan rumah korban, hari ini. Foto: eko

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID) –Kabid Dokkes Polda Jateng, Kombes dr Summy Hastry Purwanti, menjelaskan, organ tubuh tiga orang yang meninggal akibat diracun, kondisinya rusak. Adapun yang meninggal terdiri Abbas Ashar (58) yang merupakan kepala keluarga, kemudian Heri Riyani (54) yang merupakan istrinya, dan Dhea Chairunnisa (24) merupakan anak pertama.

“Beberapa organ tubuhnya memerah seperti terbakar,” katanya dalam jumpa pers di depan rumah korban di Dusun Prajenan, Desa/Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, hari ini Selasa (29/11/22).

Dijelaskan, tiga korban meninggal secara tidak wajar. Setelah diautopsi diketahui meninggalnya akibat minum air yang ada racunnya. Karena dari saluran nafas atas, bibir, sampai lambungnya berwarna merah seperti terbakar. “Itu akibat minum zat beracun,” tandasnya.

Dari organ tubuhnya seperti jantung, hati, paru-paru juga ada tanda-tanda racun. Tentang racunnya apa, yang memeriksa adalah laboratorium forensik.

Akibat cairan yang dicampurkan ke teh dan kopi, lanjutnya, durasi kematiannya cukup cepat. Sejak minum air bercampur racun itu sekitar 15 sampai 20 menit langsung meninggal.

Tentang kadarnya dinilai sangat mematikan. Karena bisa tiga orang dewasa meninggal akibat minum cairan yang ada racunnya itu.

Kalau dilihat jenis racunnya, menurut dia, golongan Sianida, Arsenik, atau golongan lain yang kadarnya sangat tinggi.

Sementara itu Kepala Desa/ Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Eko Sungkono, menuturkan, selama ini ulah tersangka tidak menonjol atau mencurigakan. Dia nilai biasa saja, dan sopan. “Karena di sini jarang anak muda sebayanya, dia
sering ke luar kota,” katanya.

Setahu dia, korban tergolong keluarga berada. Mobil pribadinya ada tiga buah dan sebuah sepeda motor. Bapaknya pensiun dari Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Grobogan, dua bulan lalu.

Sedangkan tersangka, menurut informasi yang diterima kades, bekerja di PT KAI. Rumah yang ditempati keluarga korban itu milik adiknya ibunya, Wiwik, yang berdomisili di Jakarta. Keluarga itu sedang membangun rumah di Dusun Dampit, Mertoyudan.

“Tetangga kaget, tidak
menyangka dia tega membunuh, karena orangnya biasa saja dan sopan. Tetapi melihat di rumahnya ada kematian orang tuanya, dia terlihat biasa-biasa saja, tanpa beban,” imbuh kades.

Eko Priyono