blank
Suasana pembukaan Musyawarah Nasional  ke 19M ajelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia. Foto: Sugiarto
SURAKARTA (SUARABARU.ID) – Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) menggelar  Musyawarah Nasional (Munas) ke 19.
Kegiatan yang diikuti perwakilan MAKIN, wadah umat Khonghucu, rumah-rumah ibadat Khonghucu dan MATAKIN di seluruh Indonesia berlangsung selama tiga hari hingga 27 November 2022 di Solo

Tema pada Munas kali ini menurut Ketua Panitia Munas MATAKIN Henry Susanto “Seorang Junzi Mengutamakan Kepentingan Umum bukan Kelompok”.

Kegiatan Munas lanjut Henry Susanto yang juga  menjabat Ketua MAKIN Solo mengatakan Munas Matakin ke 19 diikuti sekitar 400 peserta dan  dibuka sehari sebelumnya oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Pada kesempatan diserahkan 1.250 bibit tanaman berikut 30 ton pupuk kepada Wakil Walikota Surakarta, Teguh Prakosa.

Munas Matakin juga dihadiri wakil rektor Universitas Pancasila, Bhante Sri Pannavaro Mahathera, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Acara Munas di antaranya yakni pemilihan ketua sehubungan  masa bakti pengurus Matakin 2018-2022 dipimpin KetuaXs Ir Budi Santoso Tanuwibowo MM

Sejarah lahirnya MATAKIN diawali berdirinya Tiong Hoa Hwee Kwan (Zhong Hua Hui Guan) dengan Presiden pertama Phoa Keng Hek (Pan Jing He) dan sekretaris Tan Kim San (Chen Qin Shan).

Perkembangan Tiong Hoa Hwee Kwan ternyata lebih cenderung hanya menggeluti masalah pendidikan umum.

Hal terkait dengan masalah keagamaan yang dicantumkan dalam anggaran dasarnya, tidak mendapat banyak perhatian.

Karena itu, seksi keagamaan dalam tubuh Tiong Hoa Hwee Kwan berkembang dan memisahkan diri, serta selanjutnya mendirikan lembaga agama yang diberi nama Khong Kauw Hwee (Kong Jiao Hui).

Khong Kauw Hwee diberbagai daerah kemudian sepakat  menyelenggarakan konggres pada 12 April tahun 1923 di Yogyakarta dan dibentuk Khong Kauw Tjong Hwee (Kong Jiao Zong Hui / Majelis Pusat Agama Khonghucu) dengan Ketua Zl. Poey Kok Gwan (Fang Guo Yuan).

Lega disebut terakhir  merupakan cikal bakal terbentuknya MATAKIN yang bertahan hingga saat ini, terangnya.

Bagus Adji