blank
Dalang Ki Parman Hanief Wignya Carito saat memainkan Dewa Amral yang berwujud Raksasa super besar, setara tujuh gunung besarnya.(Dok.Ki Parman Hanief Wignya Carito)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Wayang kulit Lakon Dewa Amral, Sabtu malam (27/8), dipentaskan di pelataran parkir Stadion Pringgondani, Wonokarto, Kecamatan dan Kabupaten Wonogiri.

Dikemas dalam pagelaran Wayang Tiga Zaman, untuk Festival Muharam 1444 H oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) Wonokarto. Dimainkan dua dalang, yakni duet Ki Parman Hanief Wignya Carito SPd, MPd dan Ki Alief Nurohman.

Berkolaborasi dengan Group Musik Nasyid Hidayatullah, pentas wayang tiga zaman dengan sentuhan kreativitas pembaharuan ini, hadir menjadi hiburan segar dengan menyertakan tembang-tembang bernada agamis berirama Jawa.

Seperti lantunan tembang ”Hasbunallahu wa ni’mal wakilu. Ni’mal maulaa wa ni’mal nashiru. Gusti Allah sesembahanku. Ingkang tetulung marang aku. Ora ana daya linangkung. Kajaba saka Kang Maha Agung……”

Ki Parman Haief Wignya Carito kesehariannya dikenal menjabat Kepala SMP Negeri 2 Giritontro, Wonogiri. Dia mendapatkan predikat sesebutan Ustadz, karena sering memberikan tausyiah dan khutbah. Saat berpentas dia berkata: ”Tidak semua dalang bisa berdakwah.”

Melalui antawecana (dialog) percakapan anak wayang, dia ungkapkan hal-hal yang substansial tentang pemahaman syariat keagamaan. Yang acapkali, itu memunculkan silang pendapat pro-kontra, adu benar dalam perdebatan sesama umat.

Kemul Mega

Lakon Dewa Amral dipentaskan dalam sajian sederhana. Bagai bandhang langit kemul mega. Hanya disajikan di panggung tanpa atap. Meski demikian, menjadi tontonan menarik karena Dalang Ki Parman Hanief Wignya Carito, piawi dalam mendramatisasi penyajiannya. Mampu mengundang perasaaan haru (trenyuh) saat mengkisahkan kesedihan Drupadi. Sampai-sampai, dia sendiri ikut hanyut menangis mengeluarkan air mata.

blank
Di Lakon Dewa Amral, Dalang Ki Alief Nurohman, memainkan empat Buta Cakil sekaligus secara bersamaan.(Dok.Ki Parman Hanief Wignya Carito)

Di sisi lain, pentas Dewa Amral juga dihangatkan oleh olah sabet Ki Alief Nurohman yang sigrak. Dalang usia muda ini, lincah memainkan wayang melalui manuver aneka gerak atraktif. Alief, juga mahir memainkan empat wayang tokoh Buta Cakil (Gendar Menjalin) sekaligus, dalam formasi saling njunggli (memanggul susun tegak dalam format vertikal).

Lakon Dewa Amral, berkisah tentang Puntadewa yang berubah jadi Raksasa super besar. Oleh Dalang Ki Parman Hanief Wignya Carito, disebutkan besarnya setara tujuh gunung.

Yang ngamuk ke Kahyangan, untuk membebaskan adik-adiknya (Werkudara, Janaka, Nakula dan Sadewa) karena dimasukkan ke Kawah Candradimuka oleh Bathara Guru.

Bambang Pur