SEMARANG (SUARABARU.ID)– Perayaan ulang tahun (ultah) ke-75 barangkali menjadi momen terindah bagi Soeharsojo. Ya, bertempat d Auditorium Ir Widjatmoko USM, Semarang, Jumat (19/8) malam, pembina Yayasan Alumni Undip (YAU) tersebut merayakan hari kelahiranya di hadapan keluarga, saudara, sahabat, rekan kerja, kolega, dan bahkan disaksikan teman sekolah.
Yang tak kalah spesial tentu, bertepatan hari jadinya, dia meluncurkan buku biografinya bertajuk ”Soeharsojo Teladan Politisi Santun”.
Mantan legislator DPR RI dari Partai Golkar yang oleh teman sekolahnya dipanggil Sojo itu, lahir di Purbalingga, 18 Agustus 1947. Dia menikahi runner up Ratu Kecantikan Jawa Tengah Tahun 1974 Diah Prasetyawati dan dikaruniai dua anak.
Saat memberikan sambutan, Soeharsojo menyampaikan rasa syukur, terima kasih dan apresiasi kepada keluarga, sahabat dan koleganya yang selama ini mendampingi dan memberikan dukungan. Bahkan, dengan nada bergetar Soeharsojo menyebut betapa dirinya sangat mensyukuri memiliki banyak sahabat.
”Saya merasa terharu dan bahagia berada di lingkungan yang penuh dengan sahabat-sahabat yang memberi warna hidup saya, senior maupun yunior. Semua saya anggap sama. Sahabat itu saya anggap saudara, dan bagi saya sahabat adalah kekayaan sesungguhnya,” kata Soeharsojo.
Dia mengatakan, jika dirinya meluncurkan buku biografi bertepatan ultah, harapannya kisah-kisah pengalaman hidupnya bisa memberikan manfaat dan edukasi bagi pembaca, tak terkecuali teruntuk anak dan cucunya.
Sejumlah sahabat, pejabat dan kolega hadir dalam acara peluncuran yang menghadirkan narasumber Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip (YAU) Prof Sudharto P Hadi MES PhD, Ketua MUI Jateng KH Ahmad Darodji dan dipandu Myra Azzahra.
Di deretan tamu undangan, tampak Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, Ketua IKA Undip Akhmad Muqowam, Sekjen PII Bambang Goeritno, mantan Dirjen Komunikasi dan Diseminasi Kemenkominfo I Gde Widiadnyana Merati, Ketua Pengurus YAU Prof Dr Kesi Widjajanti, Rektor USM Dr Supari Priambodo ST MT beserta jajarannya, serta pengurus harian PWI Jateng.
Mantan Wamen PU Achmad Hermanto Dardak juga ikut hadir dan memberikan testimoni. Namun kabar duka mendadak datang, karena ayah Wagub Jatim Emil Dardak pada Sabtu pagi meninggal usai mengalami kecelakaan di Jalan Tol Batang-Pemalang.
Bahkan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung dan Agung Laksono turut memberikan testimoni melalui virtual.
Ganjar menilai sosok Soeharsojo sebagai figur yang tenang dan menyejukkan. Selama bergaul di DPR RI di masa lalu, dirinya memandang koleganya ini sebagai politisi yang santun dan mampu mencairkan suasana.
”Saat diskusi di DPR dulu, kalau saya agak ngeyel, Pak Harsojolah yang bisa mencairkan suasana menjadi adhem. Saya anggap, beliau politikus yang bisa memberikan ilmunya bagi anak-anak muda. Saya bersyukur beliau sekarang bisa menekuni dunia pendidikan dan sampai hari ini kami sering berkomunikasi,” tutur Ganjar.
Di bagian lain, Prof Sudharto menilai Soeharsojo sebagai sosok yang pergaulannya luas, pintar merawat networking, senang menyenangkan orang lain. Dalam hal organized, Soeharsojo juga sosok yang sangat detil dan terorganisasi.
”Saya sudah mengenalnya saat beliau di Gapensi dan Persatuan Insinyur Indonesia. Bahkan, saat saya menjadi rektor Undip, beliaulah yang saya jadikan orang Undip di Jakarta untuk membantu melebarkan jaringan. Kedekatan kami bertambah, saat Pak Har meyakinkan saya untuk menjadi pembina yayasan setelah Prof Muladi, Prof Kelib dan Prof Miyasto meninggal. Saya sebenarnya malu dengan Pak Harsojo, soalnya kalau kerja, saya pulang lebih duluan. Passion Pak Harsojo memang ada di USM, dan beliaulah yang memotivasi saya untuk puasa Senin-Kamis,” beber Prof Dharto.
Sedangkan KH Ahmad Darodji berpandangan, Soeharsojo sebagai politisi yang suka berbagi keilmuan dalam politik kepada kader-kader muda. Bahkan, mantan anggota DPR RI tiga periode itu sampai sekarang masih menjalin komunikasi dengan rekan-rekan politisi.
”Saat sama-sama di Partai Golkar dulu, kami sering diskusi di warung mi Gareng miliknya di Jakarta.Kalau mampir ke warungnya, saya sengaja menghindar ketemu dengannya, supaya tidak gratis,’’ kata Darodji sambil tertawa.
Di bagian lain, Ahmad Muqowam mengakui bahwa Soeharsojo memiliki visi panjang dalam berpolitik. Satu hal yang menggelitiknya adalah testimoni sang istri di bukunya yang menceritakan betapa Soeharsojo masih memikirkan pekerjaan di kala mau tidur.
”Saya ingin Pak Harsojo juga memperhatikan saran istri ini. Ingat ya Pak, usia Pak Harsojo tidak muda lagi,” canda Muqowam, rekan satu komisi di DPR dulu.
Sementara itu, Rektor USM Supari mengatakan, butuh waktu dan seni tersendiri untuk meyakinkan Soeharsojo agar kisah perjalanan hidupnya dituangkan dalam bulu. Pasalnya, wakil Ketua Badan Kejuruan Sipil PII itu dikenal figur yang rendah hati dan tak suka menonjolkan diri.
Hal sama disampaikan editor buku Amir Machmud NS yang menilai Soeharsojo sebagai pribadi yang humble dan luwes. Dia tak menampik, semua narasumber yang digali testimoninya dalam buku memiliki kesan yang seragam, yaitu tenang, santun, punya jiwa solidaritas tinggi dan senantiasa rendah hati.
‘’Dia adalah ‘buku terbuka’ tentang ketawadukan,’’ ujarnya.
Buku Biografi Soeharsojo ditulis selama tujuh bulan oleh wartawan Solikun, Ade Oesman, Sofie Dwi Rifayani, Wisnu Aji, dan dieditori Amir Machmud NS.
Muhaimin