KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Pondok Pesantren berasal dari kata pondok dan pesantren. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan.
Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang kiai. Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, di mana kata “santri” berasal dari kata bahasa jawa cantrik, berarti murid padepokan, atau murid orang pandai atau Resi (wikipedia).
Kita semua sudah mengakui bahwa pondok pesantren di Indonesia salah satu warisan budaya dalam dunia pendidikan yang luhur. Telah menghasilkan tokoh bangsa, ulama hingga pejuang yang ikut andil besar mendirikan negeri ini.
Di era sekarang, pondok pesantren seakan telah sepakat dibranding sebagai model pendidikan Islam yang unggul. Maka muncullah istilah Pondok Pesantren Modern atau me-modern-kan pondok pesantren, sesuai dengan kebutuhan atau disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Pondok pesantren yang wujudnya di masa lalu adalah rumah kecil darurat atau pondok yang dibuat di tanah milik guru atau kiai , yang dibuat oleh anak-anak santri untuk menginap santri yang rumahnya jauh dari kediaman guru atau kiai.
Namun hal itu di masa sekarang nyaris sudah tak ada. Yang ada sekarang ini adalah Gedung Pesantren atau bahkan Benteng Pesantren.
Sistem belajarnya pun cenderung sistim kelas dengan ujud madrasah atau sekolahan. Sistem satu santri satu guru itu sudah sangat jarang dilakukan, karena dianggap kurang efektif dan efisien. Mengingat jam belajar di pesantren di era sekarang itu dengan waktu yang terbatas.
Menurut Zamakhsyari Dhofir, pesantren sejak dahulu dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok. Yaitu: (1) Nahwu (gramatika Bahasa Arab) dan Sharaf (morfologi), (2) Fiqih (hukum), (3) Ushul Fiqh (yurispundensi), (4) Hadits, (5) Tafsir, (6) Tauhid (teologi Islam), (7) Tasawuf dan Etika, (8) cabang-cabang lain seperti Tarikh (sejarah) dan Balaghah (retorika).
Miliki Tradisi Pesantren Kuat
Di era sekarang pun sama, yang berbeda adalah volumenya, karena belajar sekarang ini disesuaikan dengan waktu belajar sekolah formalnya.
Kebumen beruntung karena menjadi daerah di Jateng selatan yang memiliki tradisi pesantren kuat. Bahkan Kebumen menjadi daerah yang sejak ratusan tahun lalu telah ada pesantren, di awali di daerah yang disebut Somalangu di Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, yang konon di sana telah berdiri pesantren sekitar 500 tahun yang lalu.
Bagaimana umat Islam melestarikan nilai-nilai kepesantrenan, yang di sana tidak saja belajar Ilmu tetapi juga tentang perilaku (adab)dan kehidupan yang bersahaja (zuhud). Penghormatan terhadap guru (mu`alim) adalah untuk meninggikan keberkahan Ilmu yang didapat.
Adalah kesombongan yang besar ketika berani memanggil gurunya dengan namanya saja: “Ya Abdullah (ump)”! Na’udzubillahi min dzalik,”ujar KH Yunus Anies Ridwan Al Badri, Pengasuh Pondok Pesantren Ad Daar Ath Thoyibah Bejiruyung, Kecamatan Sempor, Kebumen, Kamis (18/8).
Menurut Kiai Yunus Anies, di mata para ahli ilmu, hal ini merupakan tindakan yang sangat sangat tercela dan kesombongan yang nyata.
قال سيدي الشيخ محمد بن علي باعطية الدوعني
من نادى شيخه باسمه لم يمت حتى يذوق الفقر المعنوي من العلم
“Barang siapa ya memanggil gurunya dengan sebutan namanya langsung (tidak mengagungkannya ketika memanggil), maka dia tak akan meninggal, kecuali sudah merasakan hidup yang faqir baik dalam ilmu maupun materi.”
Kiai yang juga lebih akrab disapa Ustad Yunus Anies itu menerangkan, Pondok Pesantren Ad Daar Ath Thoyibah adalah upaya untuk menampilkan pesantren di era sekarang. Bukan pesantren modern seperti yang ada tetapi memodernkan pesantren.
Karena di pesantren sekarang paling lama hanya sekitar 6 tahun, 3 tahun SLTP dan 3 tahun di SLTA. Materi pelajaran berusaha seperti pesantren dahulu. Membaca kitab-kitab kecil yang sederhana (ibtidaiyah) aqidatul awam, mabadiul fiqiyah, tarikh (khulashoh nurul yaqin) Hadits Arbain dan lainnnya.
Orang pulang dari pesantren di zaman dahulu, orang tuanya telah menyediakan tanah sawah dan rumah. Lalu bagaimana orang pulang dari pesantren zaman sekarang ini ? Itulah realita yang ada.
Pondok Pesantren Ad Daar Ath Thoyibah adalah ingin menampilkan pesantren salaf di zaman kekinian, walau juga masih banyak keterbatasan.
”Kami ingin membangun pesantren sekaligus lembaga pendidikan agar anak zaman sekarang tetap memilki adab (etika), cinta Tanah Air. Namun juga tetap hormat pada guru, menguasai iptek dan memahami persoalan masa depan,”ujar Kiai Yunus Anies yang juga memiliki lembaga pendidikan TKIT di Rowokele dan Karanganyar, SDIT di Sempor dan Karanganyar serta SMP IT di Jatiluhur Karanganyar, dan SMA IT di Sempor itu.
Komper Wardopo