blank
Pameran seni desain grafis karya mahasiswa prodi KPI FKSP Unsiq Jateng di Wonosobo di Dieng Cinema. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO (SUARABARU.ID)-Sejumlah mahasiswa program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Komunikasi dan Sosial Politik (FKSP) Universitas Sains Alquran (Unsiq) Jateng di Wonosobo menggelar pameran seni bertajuk “Jelas Exhibition” di Dieng Cinema.

Pameran seni untuk mata kuliah desain grafis tersebut merupakan bentuk ekspresi karya seni grafis mahasiswa dan bentuk implementasi dari kurikulum kuliah merdeka. Mahasiswa menuangkan ide melalui seni desain grafis yang bisa dinikmati masyarakat.

Setiap mahasiswa harus membuat karya seni desain grafis. Karya tersebut lalu dipajang di selasar gedung Dieng Sinema untuk dinikmati mahasiswa lain dan pengunjung yang ingin melihat karya seni mahasiswa prodi KPI FKSP Unsiq Jateng di Wonosobo.

Ajang “Jelas Exhibition” dibuka Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo Dr H Z Sukawi MA yang ditandai dengan pemukulan gong. Turut mendampingi, Ketua Prodi KPI FKSP Siti Robiah Adawiyah dan dosen pengampu mata kuliah desain grafis Iman Ahmad Ihsanuddin dan Sri Rahayu.

Dr H Z Sukawi MA mengungkapkan mahasiswa KPI FKSP harus kreatif, inovatif dan produktif. Karya seni desain grafis bisa dijadikan sebagai media dakwah bagi generasi milenial di era digital ini. Karya seni yang dipamerkan harus punya nilai filosofis yang bisa dipetik oleh pengunjung.

“Mahasisaa yang kreatif, inovatif dan produktif bisa menghasilkan output dan outcam yang bisa dinikmati masyarakat. Saya sangat mengapresiasi karya seni dari para mahasiswa sebagai wujud kuliah merdeka,” tutur dia.

Teaching Factory

blank
Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo Dr H Z Sukawi, MA saat membuka pameran seni desain grafis karya mahasiswa prodi KPI FKSP. Foto : SB/Muharno Zarka

Pengampu mata kuliah desain grafis, Imam Ahmad Ihsanudin mengatakan acara tersebut bukan sekadar sebagai penggugur tugas kuliah semata, tetapi sebagai bentuk seni komunikasi. Bukan hanya melalui cara verbal namun komunikasi juga bisa diwujudkan dengan desain grafis.

“Selama satu semester mahasiswa sudah belajar mulai sketche hingga color grading. Melalui edutainment pameran karya desain grafis diharapkan mahasiswa dapat memulai revolusi pendidikan. Bahwa pembelajaran bukan hanya sebatas teori dan praktek. Namun pembelajaran sesungguhnya ada di luar kelas,” tegas dia.

Menurutnya, kurikulum merdeka belajar juga menegaskan dan menjadi dasar, bahwa mahasiswa mampu berkolaborasi dengan komunitas seni di masyarakat Wonosobo. Ke depan mata kuliah lain juga dapat melakukan teaching factory, seperti halnya di Jerman.

“Selain melatih kemampuan berseni pada diri mahasiswa, pameran seni juga melatih tanggungjawab mahasiswa dalam sebuah acara sebagai implementasi dari mata kuliah event organizer (EO),” cetus dosen muda yang juga youtuber itu.

Sementara itu, Sri Rahayu menambahkan kegiatan pameran seni mahasiswa tersebut tidak hanya berhenti di situ. Tapi acara serupa bisa terus dilanjutkan di kemudian hari. Sehingga ilmu yang didapatkan mahasiswa di bangku kuliah langsung bisa diaplikasikan di lapangan.

“Mahasiswa harus selalu menciptakan dan melahirkan karya seni kreatif dan up to date. Karya yang diciptakan tidak boleh berhenti melulu sebagai tugas kuliah untuk mendapatkan nilai dari dosen pengampu mata kuliah. Namun karya mahasiswa musti disajikan agar bisa dinikmati masyarakat secara luas,” tandasnya.

Muharno Zarka