blank
Kentrung Milenial Ken Palman menjagi seni tradisi agar tak punah

JEPARA (SUARABARU.ID) – Ada yang berbeda pada gelaran Festival Kupat Lepet pada rangkaian acara Lomban di Kabupaten Jepara Tahun 2022 ini, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dimana seni tradisi kentrung pertama kali akan tampil  dalam pementasan, disamping pementasan tari, drumb band dan pencak silat.

Adapun Kentrung yang akan dimainkan adalah dari kelompok kentrung milenial, yang merupakan hasil proses regenerasi dari eksistensi seni kentrung yang nyaris punah. Ken Palman sendiri sebagian besar digawangi oleh seniman-seniman muda jebolan teater Tuman Unisnu Jepara.

blank
Ramatyan Sarjono atau yang dikenal dengan nama Mbah John, sebagai inisiator kelompok Kentrung Ken Palman

Pada Festival Kupat Lepet ini keberadaan Kentrung  Milenial Ken Palman  tidak berdiri sendiri. Namun menjadi pengikat pada seluruh rangkaian pementasan. Ramatyan Sarjono atau yang dikenal dengan nama Mbah John, sebagai inisiator kelompok Ken Palman menuturkan bahwa pada gelaran Festival Kupat Lepet 2022 di Pantai Kartini Jepara, kentrung tidak akan membawakan kisah tokoh tertentu seperti layaknya permainan kentrung biasanya.

“Kami  akan mengeksplore peristiwa budaya Lomban atau Syawalan lengkap dengan sejarah dan pemaknaan simbol-simbol yang ada. Juga   merangkainya menjadi satu cerita yang sekaligus berkolaborasi dengan pementasan Tari, Drumband, juga pertunjukan Silat,” terang Mbah John.

blank
Kentrung Milenial Ken Palman bersama Ketua DKD Jepara Kustam Eka Jalu (Foto : Kanal Budiarto )

Untuk itu menurut Mbah John dalam konsep pagelaran  sudah disiapkan sebuah alur yang akan menggabungkan keseluruhan pementasan tersebut menjadi sebuah pementasan utuh dalam bingkai cerita kentrung.

Penuturan lebih lanjut dari Ramatyan Sarjono yang juga pimpinan sanggar Panggung Alit Omah Langon, disamping membawakan cerita tentang lomban syawalan, kelompoknya juga sudah menyiapkan syair-syair yang merespon kondisi sosial pada masyarakat Jepara kekinian.

blank
Kentrung Milenial Ken Palman dalam sebuah penampilan di perayaan natal.

“Menurunnya minat generasi pada industri ukir, industrialisasi besar-besaran dengan akibat kemacetan lalulintas, juga tingginya angka perceraian di Jepara yang banyak mengisi berita di media-media massa beberapa tahun terakhir akan menjadi materi pementasan kentrung,” ujarnya.

Selanjutnya, konsep pementasan yang digagas Kustam Eka Jalu, Ketua Umum Dewan Kesenian Jepara ini diharapkan bisa diterima dan menghibur masyarakat Jepara dan sekitarnya, khususnya yang ikut datang meramaikan pesta lomban yang diadakan secara terbuka untuk pertama kalinya semenjak adanya pandemi covid -19.

Hadepe – RS