SEMARANG (SUARABARU.ID)– Krisis global menuntut kita mempersiapkan langkah antisipatif terhadap setiap dampak yang mungkin terjadi, terkait keamanan dan stabilitas pangan dalam negeri.
Hal itu seperti yang disampaikan Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, saat membuka diskusi daring bertema ‘Mengantisipasi Ancaman Krisis Pangan Dampak Perang Ukraina-Rusia’, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (13/4/2022).
Menurut dia, para pemangku kepentingan harus belajar dari berbagai konflik global saat ini. Salah satu upayanya, memperkuat sumber daya yang dimiliki, agar mampu memberi jaminan ketahanan pangan, setidaknya selama pemulihan untuk bangkit kembali.
BACA JUGA: Tenggelam di Aliran Irigasi di Penawangan, Seorang Bocah Ditemukan Tewas
”Masalah pangan yang kita hadapi adalah bagian dari masalah global yang juga dihadapi negara-negara lain di dunia. Karena itu, kita memerlukan langkah-langkah antisipasi agar kita memiliki ketahanan pangan yang lebih baik,” kata Rerie, sapaan akrabnya.
Pada 2020, ungkap Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, sejumlah badan dunia menganalisa secara komprehensif, tentang ancaman serta indikasi kerawanan pangan dan malnutrisi secara global, berdasarkan refleksi mendalam atas situasi pandemi yang menggerogoti setiap aspek kehidupan.
Berdasarkan catatan Badan Pangan Dunia (FAO), kondisi itu diperparah dengan terjadinya konflik Ukraina-Rusia, sehingga menyebabkan kenaikan 17,1 persen harga komoditas biji-bijian dunia, termasuk barley, gandum dan jagung.
BACA JUGA: Wong Sehat FC RSUD Kudus Bagikan Takjil Gratis kepada Pasien
Karena krisis yang terjadi di dunia sering kali mengganggu stabilitas komoditas pangan dunia, akibat terjadinya lonjakan intervensi perdagangan dan pembatasan ekspor pangan.
Kondisi itu, tambahnya, harus segera diantisipasi dengan berbagai langkah strategis yang terukur, lewat kolaborasi yang baik antara para pemangku kepentingan dan masyarakat. Itu dilakukan agar negeri ini mampu mewujudkan ketahanan pangan yang lebih baik.
Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian 2009-2011, Bayu Krisnamurti mengungkapkan, inflasi Indonesia pada Januari 2022 hingga Maret 2022, sudah tercatat 2,4 persen. Angka itu menurut Bayu, sudah melampaui angka inflasi Indonesia pada 2019 pra pandemi, yang tercatat 2,27 persen.
BACA JUGA: Bulan Ramadan, Vaksinasi Model Jemput Bola di Puhpelem Wonogiri
Bayu menyarankan, agar kita harus bersiap menghadapi inflasi Indonesia melebihi angka perkiraan pemerintah yang sebesar 3 +/-1% atau berkisar 4 persen.
Harga-harga komoditas dunia seperti gandum, sapi bakalan, gula, kedelai dan CPO, jelas Bayu, naik tajam. Hal itu disebabkan pasokan komoditas merespon lambat terhadap pemulihan dari pandemi di beberapa negara.
Diungkapkan Bayu, kondisi harga-harga komoditas dunia saat ini memang sedang tidak baik-baik saja dan berdampak global, termasuk Indonesia.
BACA JUGA: Kanwil Jateng Sosialisasikan Layanan Pendaftaran Perseroan Perorangan untuk UMK
Sedangkan Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Martin Manurung berpendapat setiap komoditas memiliki kerakteristik yang khas. Sehingga perlakuan terhadap setiap komoditas harus berbeda untuk upaya perbaikan.
Martin juga mendesak pemerintah harus secara ketat mengawal harga-harga komoditas di tengah harga komoditas global yang terus bergejolak.
Menurut dia, upaya pengawalan harga komoditas pernah dilakukan pemerintah dan berhasil mengendalikan harga beberapa tahun lalu. ”Saya kira pemerintah bisa menerapkan strategi yang sama, untuk mengendalikan harga komoditas kali ini,” ujar Martin.
BACA JUGA: Terus Mantapkan Persiapan
Kolaborasi antara instansi dan lembaga serta pemerintah pusat dan daerah, tegas Martin, harus diperbaiki, sehingga upaya untuk mengatasi gejolak harga komoditas di Tanah Air bisa berjalan dengan baik.
Hadir dalam diskusi secara daring yang dimoderatori Dr Radityo Fajar Arianto MBA selaku Direktur Sparklabs Universitas Pelita Harapan itu, Dr Bayu Krisnamurti (Wakil Menteri Pertanian 2009-2011 dan Wakil Menteri Perdagangan 2011–2014), Prof Dr Dwi Andreas Santosa (Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor/IPB).
Selain itu ada pula, Prof Dr Ir Bustanul Arifin MSc (Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian, Universitas Lampung), MG Westri Kekalih Susilowati SE ME (Dosen Program Studi Manajemen FEB Unika Soegijapranata Semarang), Martin Manurung SE MA (Wakil Ketua Komisi VI DPR RI) dan Drs Luthfi A Mutty MSi (Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI).
Riyan