Tiga Bulan Sebelum Nikah
Penurunan stunting dititikberatkan pada pencegahan yang dimulai dari tiga bulan sebelum menikah. Hal ini karena perempuan hanya menghasilkan satu telur dalam satu bulan, maka jika telur ini berkualitas akan berkualitas pula anak yang dihasilkan.
“Perempuan wajib dipersiapkan betul tiga bulan sebelum menikah, Pak Menteri Agama me-launching keharusan diperiksa tiga bulan sebelum menikah”, ucap Kepala BKKBN.
Aspek yang harus diperiksa diantaranya Hb yang tidak boleh kurang dari 13,5; lingkar lengan atas minimal 23,5 cm agar tidak berisiko apabila hamil dan melahirkan.
Waktu tiga bulan merupakan interval yang ideal apabila ditemukan calon pengantin kurang gizi maka masih ada waktu untuk memperbaiki sebelum menikah.
Di sisi lain, calon suami juga diminta berperilaku hidup sehat seperti mengurangi rokok bagi perokok agar kualitas spermanya prima.
Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan bahwa capaian ini disebabkan karena peran lintas sektor yang bergerak bersama, sehingga meskipun berada dipinggiran namun angka stuntingnya justru rendah.
“Prinsip dasarnya adalah, terjadi kolaborasi yang cukup strategis di Kabupaten Wonogiri seluruh elemen bahwa target kami 2024 harus zero stunting,” kata Jekek, sapaan akrab Bupati Wonogiri.
Generasi yang tidak stunting, dikatakan Jekek, menjadi aset dalam pembangunan. Oleh karenanya diperlukan kondisi lingkungan, pola asuh dan kultur sosial budaya yang mendukung.
“Pencegahan stunting menjadi penting untuk pemerintah hadir mengintervensi, memberikan sebuah jaminan tidak ada generasi yang generatif”, lanjutnya.
“Di Wonogiri kami menginiasiasi bahwa sumber daya manusia merupakan sesuatu yang sangat strategis maka kami melahirkan pendidikan gratis serta kebijakan-kebijakan yang merepresentasikan Wonogiri akan mempersiapkan SDM-SDM yang dapat berkompetisi di revolusi Industri”.
Anggota DPR RI Komisi IX Dr. Edy Wuryanto, S.Kp., M.Kep turut memuji keberhasilan Wonogiri. Ia menyebut bahwa tidak semua daerah mampu mencapai target seperti Wonogiri.
Ia menyebut jika dulu hampir semua Kementerian dan Lembaga memiliki program dan anggran pencegahan stunting. Ini menjadikan distribusi kebijakan dan anggaran menjadi tersebar sehingga sulit untuk dikontrol.
“Jika ingin stunting itu selesai maka pondasi untuk menangani stunting itu keluarga”, kata Edy menyinggung mengapa BKKBN pas untuk menangani problem ini karena menjadi lembaga yang membina keluarga.
BKKBN Tak Bisa Sendirian
Komisi IX terus melihat wilayah-wilayah yang capaiannya sudah baik maupun yang kurang agar kebijakan yang diambil tepat.
Lebih lanjut Edy Wuryanto mengatakan bahwa BKKBN tidak bisa sendirian dalam program penurunan stunting dan memerlukan kerja sama lintas sektor untuk mencapai target. Tak ketinggalan, anggaran penanganan stunting juga dinaikkan secara signifikan menjadi sekitar 3 triliun Rupiah.
Hadir dalam pertemuan tersebut PLH Deputi ADPIN Dr. Mahyuzar, M.Si, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah drg. Widwiono, M.Kes, Wakil Bupati Setyo Sukarno, Kepala DPPKBPPPA Mubarok, SKM, MM, dan Kepala Dinas Kesehatan dr. Setyarini, M.Kes. Sejumlah hadiah undian turut dibagikan pada hadirin untuk menyemarakkan acara.
wied