blank
Petinju putra Sumatera Utara Sarohatua Lumbantobing (kanan) melancarkan pukulan ke arah petinju putra Nusa Tenggara Barat Saputra Samada (kiri) pada babak final tinju kelas welter 64-69 kilogram putra PON Papua di GOR Cendrawasih, Kota Jayapura, Papua, Rabu (13/10/2021). Petinju putra Sumatera Utara Sarohatua Lumbantobing mendapatkan medali emas usai menang atas petinju putra Nusa Tenggara Barat Saputra Samada.

JAKARTA (SUARABARU.ID) – Manajer timnas tinju Indonesia Hengky Silatang menyayangkan adanya pengurangan dari jumlah petinju yang akan diberangkatkan ke SEA Games Hanoi, Vietnam, 12-23 Mei.

Berdasarkan pengumuman dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali terkait atlet yang berangkat ke Hanoi, cabang olahraga tinju mendapat slot enam atlet. Padahal sejauh ini, Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Seluruh Indonesia (PP Pertina) menyiapkan tujuh nama untuk tampil dalam pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara tersebut.

Dari sektor putra ada Kornelis Kwangu Langu (Bali) kelas 52kg, Farrand Papendang (Sulawesi Utara) kelas 63kg, Sarohatua Lumbantobing (Sumatera Utara) kelas 69kg. Maikel Muskita (Jawa Barat) kelas 81kg, dan Sandy (Jawa Barat) kelas 91kg. Sementara untuk putri ada Novita Sinadia (DKI Jakarta) kelas 57kg dan Uswatun Hasanah (Nusa Tanggara Barat) kelas 60kg.

“Kecewa, karena hal yang sudah diputuskan sebelumnya kemudian berubah. Olahraga tinju ini jangan dilihat ketika dalam keadaan terpuruk. Tapi harus dilihat juga prestasi dan sejarah,” kata Hengky Silatang saat dihubungi Antara, Kamis.

Menurut Hengky, olahraga tinju Tanah Air memiliki sejarah panjang dan banyak menorehkan prestasi. “Banyak petinju Indonesia yang menjadi juara Asia, sekitar 20-an petinju. Jadi harus melihat juga karena secara hierarki ada kans untuk kembali ke situ (berprestasi), jadi jangan dihentikan,” ujar Hengky.

Hengky juga berpendapat bahwa olahraga individu di Indonesia memiliki potensi lebih besar untuk berprestasi.

Dengan adanya keputusan dari Kemenpora terkait jumlah atlet yang berangkat ke SEA Games Hanoi, artinya akan ada satu nama yang terdegradasi dan tidak tampil dalam multievent yang sempat tertunda satu tahun itu.

Pertina akan mempertimbangkan dengan melihat hasil para petinju dari uji coba dalam kejuaraan di Phuket, Thailand pada 3-10 April. “Siapa yang terbaik berarti mereka yang akan berangkat ke SEA Games Hanoi,” kata Hengky.

Meski demikian, jika mendapatkan lampu hijau dari Kemenpora, Hengky mengatakan akan tetap memberangkatkan satu atlet secara mandiri.

Kontingen Indonesia pada SEA Games Hanoi telah diumumkan berjumlah 476 atlet dari 31 cabang olahraga. Mereka adalah yang akan diberangkatkan dengan biaya APBN sesuai dengan keputusan tim review dan Kemenpora. Jumlah tersebut menurun sekitar 43,4 persen dari SEA Games Filipina pada 2019.

Pemerintah memutuskan untuk mengurangi jumlah cabang olahraga yang akan dikirimkan ke SEA Games 2022 karena pertimbangan keterbatasan anggaran dan tingkat prioritas.

Pada sisi lain, Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Ferry J Kono mengatakan pengiriman atlet secara mandiri tidak memungkinkan karena batas akhir pendaftaran entry by name kontingen SEA Games Hanoi berakhir pada 31 Maret.

“Mengingat waktu (entry by name) yang sangat terbatas dengan (pertimbangan) rekam jejak (prestasi), karena mandiri pun kami lakukan review. Dari hasil review di sport development KOI kami tidak akan mengusulkan atlet yang akan bertanding secara mandiri,” kata Ferry.

“Saya tidak melihat potensi ‘nakal’ mengingat form entry by name harus dikirimkan dengan tanda tangan Sekjen KOI,” ujar Ferry menambahkan

Sementara tinju Indonesia pada SEA Games sebelumnya di Filipina pada 2019 membawa pulang dua perak dan empat perunggu. Perak masing-masing diraih Kornelis Kwangu Langu (46-49kg putra) dan Endang (48kg putri).

Empat petinju yang meraih perunggu adalah Farrand Papendang (60kg putra), Grece Savon Simangunsong (69kg putra), Silpa Lau Ratu (54kg putri), dan Huswatun Hasanah (60kg putri).

Ant/Muha