MAGELANG, (SUARABARU.ID)- Kota Magelang mempunyai potensi wisata heritage (cagar budaya) yang cukup besar. Bangunan cagar budaya tersebut, sangat dikagumi dan disukai para wisatawan asing, khususnya yang berasal dari belahan Benua Eropa.
“Kota Magelang mempunyai potensi yang besar di wisata cagar budayanya. Yakni, dengan masih banyak bangunan kuna peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang masih berdiri kokoh. Selain itu, juga ada museum yang terkenal yakni Museum Oei Hong Djien ( OHD),” kata Ketua Forum Silaturahmi Insan Pariwisata Country Road, Andri Supriyatna Sasmita di sela-sela kegiatan pemetaan objek wisata cagar budaya Kota Magelang, Sabtu (22/1/22). .
Andri mengatakan, keberadaan bangunan kuna dan museum tersebut, sangat dikagumi dan disukai para wisatawan asing, khususnya yang berasal dari belahan Benua Eropa.
Menurutnya, yang perlu ditambah yakni dari sektor sumber daya manusianya, berupa storytelling atau pemandu yang lebih lengkap.
“Dilihat dari potensi yang ada sudah siap, Cuma tinggal ditambah SDM-nya. Karena kami memerlukan storytelling yang lebih lengkap tentang heritage itu,” ujarnya.
Ia menambahkan, setelah kegiatan tersebut diharapkan para pelaku wisata yang tergabung dalam Fosipa CR tersebut akan menciptakan kolaborasi antara pelaku wisata yang ada di Kota Magelang dengan yang ada di Jogjakarta. Selain itu, juga akan berkolaborasi dengan para pelaku wisata lainnya di Jawa Tengah.
Ia berharap, nantinya lama kunjungan wisatawan di Magelang bisa bertambah tidak hanya beberapa jam saja, melainkan bisa menginap beberapa hari.
Kegiatan pemetaan wisata bangunan cagar budaya di Kota Magelang tersebut, diikuti 54 pelaku wisata dari beberapa daerah, seperti dari Jogjakarta, Temanggung, Jember Jawa Timur dan lainnya., Mereka merupakan pelaku wisata yang terdiri atas biro perjalanan, pengusaha hotel, restoran, pengusaha transportasi yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Insan Pariwisata Country Road (Fosipa CR).
Pada kunjungannya di Kota Magelang, mereka mengunjungi sejumlah banungan kuna bersejarah di Kota Magelang. Bangunan kuna yang dikunjungi yakni, Watern Toren ( menara air) di Alun-alun Kota Magelang (1916), Masjid Agung Kauman (1650), Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Beth-el (1817), Tugu Aniem ( titik nol Kota Magelang, 1924) ) dan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio Magelang (1864).
Selain itu, juga mengunjungi komplek kuburan Kerkhoff Pa Vander Steur ( Gerbang Kerkhoff dibangun tahun 1906). Setelah itu, mereka juga naik ke Gunung Tidar yang mempunyai ketinggian 503 meter di atas permukaan laut.
“Kedatangan kami ke Kota Magelang selain bersilaturahmi, juga mempunyai tujuan khusus yakni mencari produk untuk dijadikan destinasi wisata,” kata Andri yang juga menjabat Wakil Ketua Bidang Pengembangan Produk Asita DIY.
Wali Kota Magelang Muchammad Nur Azis mengatakan, bangunan cagar budaya yang ada di Kota Magelang berbeda dengan yang ada di kota-kota lain, sehingga harus yang membuat narasi berbeda dengan lainnya.
“ Yang membuat narasi harus berbeda dengan lainnya, sehingga pengunjung dari luar Kota Magelang ini baik domestik maupun manca akan tertarik,” katanya. Yon