blank
Ilustrasi. Foto: Okezone

Amir Machmud NS

Politik “Dampar Kencana”

tidakkah kau dirambah api gelisah
ketika berkesempatan menjadi penatah prasasti sejarah?

simaklah bait-bait penggalan kisah
tentang anak-anak negeri
yang terbekap cemas protokol sunyi
mati, mati, dan mati membayangi

catatlah dalam lontar dokumen bangsa
tentang dunia yang dijajah virus corona
tentang sengkarut perilaku para penguasa
membabi buta mematut rupa
berjalan bergegas
menuju kontestasi dampar kencana

tidakkah kau dirumun mual rasa
memetakan siapa yang bekerja atas nama denyut nadi rakyatnya?
yang benar-benar menangisi petaka bangsanya?

simaklah pula siapa yang membuta
siapa menulikan telinga
siapa yang menutup indera
mata siapa yang berbinar mengusung kepentingannya?

mungkin kalian tak menduga
rakyat paham belaka
tentang mereka yang tak tahu diri
tak mampu mengukur kompetensi
tak mampu membedakan cinta
antara makna, asa, dan mobilisasi

di beranda pergantian warsa
hati meneratap waswas gulana

maukah kau menghela kedewasaan demokrasi
tak sekadar jadi pengukir prasasti
memahami pancaroba yang tak juga berhenti

dan siapa yang pantas kau percaya
menjadi pencahaya moral negeri
yang pantas meraih dampar kencana?
(2021)

Amir Machmud NS

Janganlah Kalian Terbelah Menjadi Kalian dan Kami

hingga waktu bergulir makin tua
tak kau rasakankah hidup serasa dalam ancaman sayat belati?

setega itu mereka mencacah negeri
: siapa kadrun siapa NKRI
siapa cebong siapa kampret
siapa Taliban dan siapa fasih wawasan kebangsaan
siapa dan apa pula yang terpilah
menjadi kalian dan kami

serela itukah kau kuasakan opini?
kepada buzzer pendengung informasi
yang dengan ringan melabrak sana-sini
memetakan siapa saja yang tak seideologi

ke mana kebenaran kau simpan
di mana kenyataan kau sembunyikan
kepada siapa jerit pilu kita sampaikan
kepada siapa hukum dipercayakan
kepada siapa keadilan kau sandarkan
siapa saja yang menyelesaikan?

dalam fenomena ruang maya
yang suntuk luas terbuka
keruh kusam beradab rimba
langit interaksi terbiarkan hampa etika
ke mana pula jargon literasi tanpa henti

o, omong kosong semuanya
undang-undang pun tak memberi efek jera

setahun ini kenyang kita saksikan
panggung nyata diskriminasi
sebebas itu menuding yang tak sekubu
aman-aman saja walau culas menista
tak terusik hukum walau ganas meluka

bhineka, tahukah kalian bukan sikap membeda-beda
keberagaman, tahukah kalian bukan baju identitas
berbedalah untuk mengakui yang lain ada
beragamlah untuk meyakini satu dalam semesta

hentikan narasi-narasi stigmatisasi
memojokkan yang tak sepikiran
memiara buzzer demi logika penistaan

tanyakan kepada para penguasa
jawablah dengan lapang kearifan
: milik siapakah Indonesia?
(2021)