blank
Pegiat Forum Pemuda 86 Wonosobo foto bersama usai menggelar baksos. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Forum Pemuda 86 Wonosobo menggelar bakti sosial (baksos) di Yayasan Dzikrul Ghofilin, yang selama ini mengasuh pasien gangguan jiwa, di Desa Erorejo Wadaslintang Wonosobo Jawa Tengah.

Bakti sosial dipimpin Ketua Umum Forum Pemuda 86 Bejo Triono didampingi Pembina Umar Yusuf dan jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkompimcam) Wadaslintang.

Ketua Umum Forum Pemuda 86 Bejo Triono mengatakan dalam baksos tersebut pihaknya menyerahkan bantuan sembako berisi mie instan dan sejumlah paket sayuran yang diterima Ketua Yayasan Dzikrul Ghofilin, Utiyah.

“Bantuan sembako tersebut sebagai bentuk perhatian dan kepedulian para pemuda pada pengasuh rumah singgah bagi pasien gangguan jiwa. Mudah-mudahan bantuan tersebut bermanfaat,” ujar pria asal Sigug Kedalon Kalikajar Wonosobo itu.

Sementara itu, pengelola Yayasan Dzikrul Ghofilin Utiyah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Forum Pemuda 86 Wonosobo yang telah menggelar baksos di yayasan sosial yang dikelolanya.

“Di rumah ini yang sekaligus dijadikan sebagai Panti Psikotik Dzikrul Ghofilin di Dusun Jurutengah RT 7 RW 5 Desa Erorejo Wadaslintang Wonosobo, saya tiap hari merawat dan memberi terapi pada ratusan pasien,” katanya.

Kasih Sayang

blank
Penyerahan paket sembako ke Yayasan Dzikrul Ghofilin Jurutengah Erorejo Wadaslintang Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

Menurutnya, perawatan pada orang gila dan pemberian terapi dilakukan agar mereka bisa hidup normal kembali seperti semula dan bisa diterima oleh keluarga maupun lingkungan sekitarnya.

“Mereka adalah manusia yang ingin hidup normal kembali. Kebetulan saat ini mereka tengah mengalami gangguan jiwa . Mereka pasti ingin sembuh dari gangguan jiwa yang dialami,” jelasnya.

Di sela-sela mengasuh rumah tangga, dengan penuh kasih sayang dan kelembutan sebagai seorang perempuan, Utiyah merawat dan memberi kasih sayang pada pasien layaknya anak sendiri.

Saat ini, di panti rehabilatasi miliknya, terdapat ratusan pasien dari berbagai usia dan jenis kelamin. Selain berasal dari Wonosobo, mereka datang dari berbagai kota di Jawa Tengah maupun dari Jakarta dan kota besar lainnya.

Utiyah mengaku merawat orang gila dimulai sejak tahun 2003. Semula tempat tinggal pasien masih sangat sederhana bahkan jauh dari layak. Pasalnya, selain memanfaatkan rumah tinggal berpagar papan kayu, sebagian pasien tinggal di rumah bekas kandang ayam.

Namun seiring dengan perjalanan waktu, kamar tempat tinggal pasien mulai tertata. Sebab, sejak aktifitasnya diberitakan di media cetak maupun televisi dan menjadi viral di media sosial, perhatian dari berbagai pihak pun berdatangan.

Muharno Zarka