Panen cabe di lahan Food Estate di Desa Lamuk Kalikajar Wonosobo. Foto : SB/dok

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani “Maju Rahayu” Desa Lamuk Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah bersuka gembira.

Mengapa? Pasalnya, panen cabe di lahan yang diproyeksikan sebagai Food Estate Nasional (FEN) yang belum lama ini dikunjungi Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo itu, menuai hasil gemilang.

Bertepatan dengan digelarnya peringatan Hari Pangan sedunia ke-41, sejumlah pejabat dari Kementerian Pertanian RI, Dinas Pertanian, BPPT, hingga Balai Karantina Tanaman Jateng hadir langsung di Lamuk Kalikajar Wonosobo.

Mereka melihat langsung di lapangan proses panen cabe kualitas tinggi yang ditanam dengan sistem pertanian ramah lingkungan di daerah kaki Gunung Sumbing tersebut.

Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (Dispaperkan) Wonosobo, Dwiyama SB menyebut keberhasilan panen cabe tak lepas dari sejumlah faktor.

“Proyeksi Desa Lamuk sebagai lahan Food Estate nasional menunjukkan bahwa hal itu tepat sasaran, dengan keberhasilan panen cabe milik kelompok Tani “Maju Rahayu” ini,” tuturnya.

Di lahan seluas tak kurang dari dua hektar tersebut, Dwiyama mengaku cabe yang dihasilkan mencapai hampir 18 ton. Hasil tersebut tergolong sukses karena petani mendapat untung besar.

Perhitungan tersebut, menurut Dwiyama, dihasilkan dari asumsi bahwa 1 batang pohon cabe mampu menghasilkan sekitar 9 Ons hingga 1 Kilogram Cabe rawit, sementara dalam 2 hektar lahan, ditanami 18.000 batang.

“Angka 9 ons per batang merupakan angka perkiraan dan masih dapat dioptimalkan dengan skema atau sistem yang lebih bagus lagi. Namun karena di sini sudah ditanam sebelum kick off Food Estate, maka bisa dikatakan hasil itu sudah sangat sesuai dengan target,” lanjutnya.

Petani Milenial

Program Food Estate di Desa Lamuk Kalikajar Wonosobo diharapkan bisa menarik petani milenial. Foto : SB/dok

Para petani yang menjadi mitra binaan Dinas Paperkan Wonosobo, diakui Dwiyama, juga bergembira dengan adanya pendampingan pemerintah. Mereka berharap dengan pendampingan tersebut, program Food Estate sukses dan petani makin sejahtera.

Bahkan mereka tak lagi khawatir dengan harga jual hasil panennya karena sudah disediakan off taker atau penjamin agar harga beli tidak berada di bawah harga produksi.

“Kelemahan sistem produksi pertanian selama ini, adalah ketika pasca panen para petani tidak mendapatkan hasil sesuai harapan. Karena ternyata harga jualnya jatuh, di bawah biaya produksi,” urai Dwiyama.

Dengan program pemerintah berupa Food Estate, pihaknya menyebut hal itu ke depan akan ditangani oleh penjaminan dari offtaker selaku pembeli besar. Sehingga petani tidak khawatir mengalami kerugian pasca panen.

Tanggapan positif para petani Desa Lamuk yang tergabung dalam Kelompok Tani “Maju Rahayu” menjadi salah satu bukti bahwa program Food Estate nasional dapat diterima di kalangan anak muda.

“Salah satu arahan dari Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo pada saat kick off Food Estate belum lama ini adalah bagaimana ke depan muncul petani-petani milenial alias petani muda yang bersedia terjun ke sawah,” ungkapnya.

Hal itu terlihat di Lamuk, karena menurut Dwiyama, Ketua Kelompok Tani “Maju Rahayu” adalah Duta Petani Milenial di Wonosobo. Sehingga diharapkan akan lahir petani-petani milenial lainnya di berbagai desa di Wonosobo.

“Mas Andi, yang jadi Ketua Kelompok Tani “Maju Rahayu” ini masih muda dan penuh semangat mengelola sawahnya. Sehingga bisa menginpirasi pemuda yang lain untuk melakukan hal yang sama,” ujarnya.

Bahkan, imbuh Dwiyama, dengan program Food Estate ini mereka semakin semangat karena Desa mereka yang notabene jauh dari pusat kota dan masuk kategori terpencil, semakin sering didatangi pejabat.

Muharno Zarka

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini